DETAIL KOLEKSI

Evaluasi bottom hole assembly terhadap pemboran trayek 9-7/8" pada lapangan panas bumi kamojang & sungai penuh


Oleh : Amrina Rosyada Putri

Info Katalog

Nomor Panggil : 1157/TP/2019

Penerbit : FTKE - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2019

Pembimbing 1 : Mumin Priyono Tamsil

Pembimbing 2 : Kris Pudyastuti

Subyek : Drilling - Geothermal well;Petroleum engineering

Kata Kunci : drilling, directional drilling, geothermal, bottom hole assembly, drilling technology

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2019_TA_TM_071001500016_Halaman-Judul.pdf
2. 2019_TA_TM_071001500016_Bab-1.pdf 2
3. 2019_TA_TM_071001500016_Bab-2.pdf 21
4. 2019_TA_TM_071001500016_Bab-3.pdf 2
5. 2019_TA_TM_071001500016_Bab-4.pdf 30
6. 2019_TA_TM_071001500016_Bab-5.pdf 2
7. 2019_TA_TM_071001500016_Daftar-Pustaka.pdf 2
8. 2019_TA_TM_071001500016_Lampiran.pdf

S Sumur merupakan aset yang penting dalam kegiatan eksplorasi daneksploitasi panas bumi. Kegiatan pemboran pada panas bumi merupakan lanjutandari analisa geologi, geokimia, dan geofisika sebagai pembuktian adanya panasbumi pada daerah tertentu pada suatu kedalaman yang telah ditentukan. Pemboransumur panas bumi membutuhkan perencanaan yang matang, teknologi yangcanggih, dan biaya yang besar agar dapat berhasil terlaksana. Dalampengaplikasiannya, pemboran panas bumi kini lebih mengutamakan metodepemboran berarah dibandingkan pemboran vertikal karena kelebihannya yangmenguntungkan. Kemampuannya menjangkau daerah-daerah yang sulit untukdiproduksikan menggunakan pemboran vertikal menjadi kunci utama pemilihanmetode ini.Penelitian ini membahas tentang kinerja bottom hole assembly yangdigunakan pada pemboran trayek produksi di dua lapangan dengan litologi yangberbeda serta dampaknya terhadap lubang yang dihasilkan. Pada lapanganKamojang, BHA yang digunakan merupakan tipe rotary assembly serta padalapangan Sungai Penuh BHA yang digunakan ialah tipe slick steerable assembly.Dalam pelaksanaan pemboran, terdapat permasalahan yang sama dimana liner tidakdapat didudukkan hingga total open hole depth sehingga harus melaksanakanpemboran trayek produksi tambahan.Batasan masalah penelitian ini adalah asumsi hole cleaning yang sudahmaksimal dan kinerja drag sudah optimal, sehingga dapat menganalisa drillingparameter serta dapat menghitung dogleg severity menggunakan metode minimumof curvature. Hasil dari penelitian ini adalah penyebab lubang tidak dapat didudukioleh liner 8-5/8” sampai total open hole depth pada sumur KMJ-A adalah nilaidrillability yang rendah pada kedalaman lubang tanpa liner menyebabkan kinerjarotary BHA saat digunakan kurang optimal dan pada sumur KRC-X adalahpenggunaan rotary BHA pada kedalaman lubang tanpa liner yang tidak sesuaidengan nilai drillability formasi yang kecil, padahal kedalaman sebelumnya dibormenggunakan slick steerable BHA yang sudah berfungsi dengan baik sesuai litologilapisan tersebut.

W Wells are important assets in geothermal exploration and exploitationactivities. Geothermal drilling is a continuation of geological, geochemical, andgeophysical analysis as proof of the presence of geothermal energy in certain areasat a predetermined depth. Geothermal well drilling requires careful planning,sophisticated technology, and large costs to succeed. In its application, geothermaldrilling now prioritizes directional drilling methods rather than vertical drillingbecause of its advantages. Its ability to reach areas that are difficult to produceusing vertical drilling is the main key to selecting this method.This study discusses the performance of bottom hole assembly used indrilling production sections in two different fields and their impact on the holesresulted. In the Kamojang field, the BHA used is a rotary assembly type and in theSungai Penuh field the BHA used is a slick steerable assembly type. Throughoutdrilling, there are similar problems where the liner cannot be seated up to a totalopen hole depth so it must carry out additional production section drilling.The problem limitation of this study is that the hole cleaning assumptionshave been maximized and drag performance is optimal, so that drilling parameterscan be analyzed and the dogleg severity can be calculated using the minimum ofcurvature method. The result of this study is that the cause of the hole cannot beoccupied by the liner 8-5 / 8 "until the total open hole depth in the KMJ-A well is alow drillability value at the depth of the hole without a liner causing the rotary BHAperformance when used less than optimal and in the KRC well -X is the use of rotaryBHA at hole depth without a liner that is not in accordance with the formation'ssmall drillability values, whereas the depth was previously drilled using a steerableBHA slick that has been functioning properly according to the formation'slithology.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?