Konstruksi tektonik berdasarkan analisis dan pemodelan struktur menggunakan data seismik di Daerah Lapas Pantai Salawati, provinsi Papua Barat
L Lokasi penelitian berada pada daerah Salawati, Provinsi Papua Barat tepatnya pada daerah lepas pantai di selatan Pulau Salawati. Untuk mengetahui evolusi tektonik daerah penelitian, dilakukan analisis dan pemodelan horizon flattening secara tiga-dimensi menggunakan data seismik. Pola-pola refleksi seismik menunjukkan adanya beberapa ketidakselarasan yang dibentuk karena perubahan fase tektonik pada daerah penelitian. Fase ekstensional berlangsung sejak Zaman Jura Akhir hingga Kapur Awal yang bersumber dari pecahnya Gondwanaland membentuk Samudra Hindia menghasilkan sesar-sesar normal berarah NE-SW dengan pola horst dan graben. Fase tektonik kompresional pada Kala Paleosen yang bersumber dari subduksi frontal pada Lempeng Samudra Pasifik menyebabkan pengangkatan dan mereaktivasi sesar-sesar tua sebagai sesar oblique. Fase tektonik wrenching sejak Kala Miosen Akhir yang bersumber dari pergerakan Sesar Sorong menghasilkan sesar-sesar normal baru berarah NNE-SSE serta mereaktivasi sesar tua berarah NE-SW sebagai sesar oblique. Dalam perkembangannya, Cekungan Salawati mengalami rotasi berlawanan arah jarum jam dari orientasi semula serta berubah dari passive margin menjadi active margin sejak Pulau Papua mengalami collision dengan Sepik Arc.
T The study area is located in Salawati, West Papua Province, precisely on the offshore area on the south of Salawati Island. Structural analysis and three-dimensional horizon flattening modelling using seismic data have been done in order to understand the tectonic evolution of this area. Seismic reflection pattern showed uncormformities caused by changing of tectonic phases. Extensional phase takes place from Late Jurassic until Early Cretaceous derived from the break up of Gondwanaland opening the Indian Ocean resulted in the graben system normal faults with NE-SW trending. Paleocene Compressional Phase derived from the frontal subduction in the Pasific Plate resulted in the uplift causing erosion of older formations and reactivate older normal faults as oblique faults. Wrenching phase begins at Late Miocene derived from the Sorong Fault movement resulted in the normal NNE-SSW trending faults and reactivated the older NE-SW trending fault as oblique fault. In its development, Salawati Basin has rotated CCW from its original orientation and change from passive margin into active margin since the collision of Papua and Sepik Arc.