DETAIL KOLEKSI

Penatalaksanaan makanan penderita penyakit gout (studi pustaka)

4.0


Oleh : Karmelia Desiliyani Rusch

Info Katalog

Nomor Panggil : 613.2 RUS p

Penerbit : FKG - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2014

Pembimbing 1 : drg. Jansen Siburian, S.KM

Subyek : Nutrition

Kata Kunci : Gout, purine

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2014_TA_KG_04010104_Halaman-Judul.pdf
2. 2014_TA_KG_04010104_Bab-1.pdf 3
3. 2014_TA_KG_04010104_Bab-2.pdf
4. 2014_TA_KG_04010104_Bab-3.pdf
5. 2014_TA_KG_04010104_Bab-4.pdf
6. 2014_TA_KG_04010104_Daftar-Pustaka.pdf

D Di Indonesia, prevalensi penyakit gout sekitar 29% dan sering terjadi pada suku Minahasa, Toraja, dan Batak. Hal ini terkait dengan kebiasaan mengonsumsi alkohol dan makanan kaya purin seperti jeroan. Penyakit gout merupakan suatu penyakit yang terjadi karena adanya gangguan pada proses metabolisme purin. Penyakit gout primer disebabkan oleh faktor keturunan, sedangkan penyakit gout sekunder disebabkan oleh hal-hal yang berhubungan dengan kondisi hiperurisemia. Hiperurisemia adalah kondisi dimana terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah. Kondisi hiperurisemia akan menunjukkan gejala gout apabila kadar asam urat lebih tinggi dari batas kelarutan asam urat dalam suhu fisiologis dan pH normal yaitu 6,8-7 mg/dL. Maka akan terjadi hipersaturasi dan menyebabkan kristal monosodium urat mengendap pada jaringan, biasanya pada sendi. Endapan tersebut berupa kristal tajam yang sakit dan dalam kondisi kronis dapat terdeposit sebagai tofi. Tofi adalah suatu papul atau nodul berisi kristal monosodium urat yang berwarna kuning atau putih dan keberadaannya bisa berdiri sendiri atau multipel. Tofi ini bisa menembus kulit, membatasi pergerakan, menimbulkan kecacatan fisik dan dapat merusak sendi. Selain dengan pengobatan farmakologi, penyakit gout juga dapat diatasi dengan mengganti pola makan. Yaitu dengan diet rendah purin, mengonsumsi makanan berserat, membatasi kalori makanan, menghindari alkohol, dan memenuhi kebutuhan minum yang cukup.

I In Indonesia, the prevalence of gout was 29% and mostly found in Minahasa, Toraja, and Batak ethnics. It is associated with alcohol consumption and high intake of purine rich food such as innards. Gout is a disorder of purine metabolism. Primary gout is caused by a hereditary factor, whereas secondary gout is caused by various kind of things that relate to hyperuricemia. Hyperuricemia is a condition in which abnormally high levels of uric acid accumulate in the blood. Gout symptoms will occurs if the level of uric acid is higher than the solubility limit of uric acid in physiological temperature and normal pH, 6,8-7 mg/dL. Then there are hypersaturation and precipitation of monosodium urate in tissue, usually in and around joints. The precipitation of monosodium urate is in the form of a very painful sharp crystal and in the chronic condition can develop to tophi. Tophi is a firm yellow or white papule or nodule containing monosodium urate crystal. It can be single or multiple. The tophi may erupt through the skin, restrict joint movement, may cause deformities, and eventually cause joint damage. In addition to pharmacological treatment, gout can also be treated by dietary changes. The individuals with gout can be encourage to do low purine diet, calorie restricted diet, eat more fibers, avoid alcohol, and drink much water.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?