Efikasi antimikroba dan antibiofilm ekstrak santalum album l. terhadap enterococcus faecalis dan candida albicans in vitro
K Kegagalan perawatan endodontik dapat menyebabkan lesi periapikal seperti periodontitis apikalis, etiologi utamanya adalah Enterococcus faecalis dan Candida albicans yang persisten pada saluran akar. Larutan irigasi yang menjadi gold standard perawatan endodontik adalah natrium hipoklorit, namun efek samping natrium hipoklorit adalah dapat mengiritasi dan toksik terhadap jaringan periodontal. Minyak atsiri cendana (Santalum album L.) memiliki sifat antimikroba dan antifungal. Tujuan: Untuk mengetahui kemampuan ekstrak cendana dalam menghambat pertumbuhan dan biofilm Enterococcus faecalis dan Candida albicans. Metode Penelitian: E. faecalis dan C. albicans dikultur pada mediumnya pada suhu 37oC selama 24 jam. Pembuatan biofilm dilakukan dengan menginokulasi kultur ke dalam 96-well-plate dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Minyak atsiri dilarutkan hingga tercapai konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, dan 3,125%. Konsentrasi 100% didapatkan dari minyak atsiri murni. Uji antimikroba dilakukan dengan metode mikrodilusi dengan masa inkubasi 24 jam dan uji biofilm dilakukan dengan metode biofilm assay dengan masa inkubasi 1, 3, 24 jam dengan kontrol positif NaOCl 2,5% dan 5%. Hasil uji biofilm dilihat menggunakan microplate reader dengan panjang gelombang 490nm. Hasil: Jumlah koloni E. faecalis terendah dalam waktu inkubasi 24 jam adalah pada 6,25% dan C. albicans adalah pada 100%. Densitas biofilm E. faecalis terendah adalah pada konsentrasi 3,125% dengan masa inkubasi 1 jam, dan 12,5% pada masa inkubasi 3 dan 24 jam dan untuk densitas biofilm C. albicans terendah adalah pada konsentrasi 12,5% pada masa inkubasi 1, 3, 24 jam. Kesimpulan: Minyak atsiri kayu cendana terbukti dapat menghambat pertumbuhan dan biofilm E. faecalis dan C. albicans.
E Endodontic treatment failure can lead to periapical lesion such as apical periodontitis, which are mainly caused by the persistency of Enterococcus faecalis and Candida albicans. The gold standard of irrigating solution is sodium hypochlorite, but it can cause irritation and toxic to the periodontal tissue. Sandalwood essential oil (Santalum album L.) contains natural substances that have antimicrobial and antifungal properties with minimum side effects. Objective: To determine the inhibitory effects of sandalwood essential oil on the growth and biofilm formation of Enterococcus faecalis and Candida albicans. Methods: E. faecalis and C. albicans cultured in their medium and incubated for 24 hours at 37oC. Inoculate culture in 96-well-plate and incubate it at for 24 hours 37oC. Prepare sandalwood oil with concentration of 100, 50%, 25%, 12,5%, 6,25 % and 3,125%. Antimicrobial activity was tested by using microdilution method and antibiofilm activity was tested by using biofilm with 1, 3, 24 hours of incubating period. NaOCl 2,5% and 5% were used as the positive control. The result of the biofilm assay can be achieved by using microplate reader with 490nm wavelength. Results: The least colony of E. faecalis is in the concentration of 6,25 % and for C. albicans is in the concentration of 100%. The lowest biofilm density of E. faecalis is in 3,125% (1 hours), and 12,5% (3 and 24 hours), for C. albicans lowest biofilm density is in 12,5% (1, 3, and 24 hours). Conclusion: Sandalwood essential oil can inhibit the growth and biofilm formation of E. faecalis dan C. albicans.