DETAIL KOLEKSI

Hubungan pemberian MPASI dini dengan status gizi balita usia 12-23 bulan


Oleh : Nawang Wulan Kartika

Info Katalog

Nomor Panggil : S 1953

Penerbit : FK - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2022

Pembimbing 1 : Raditya Wratsangka

Subyek : Nutrition - Evaluation

Kata Kunci : early complementary feeding, nutritional status, toddlers.

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2022_TA_SKD_030001800119_Halaman-Judul.pdf 14
2. 2022_TA_SKD_030001800119_Pengesahan.pdf 1
3. 2022_TA_SKD_030001800119_Bab-1_Pendahuluan.pdf 4
4. 2022_TA_SKD_030001800119_Bab-2_Tinjauan-Literatur.pdf 16
5. 2022_TA_SKD_030001800119_Bab-3_Kerangka-konsep.pdf 4
6. 2022_TA_SKD_030001800119_Bab-4_Metode-penelitian.pdf 8
7. 2022_TA_SKD_030001800119_Bab-5_Hasil.pdf 7
8. 2022_TA_SKD_030001800119_Bab-6_Pembahasan.pdf -1
9. 2022_TA_SKD_030001800119_Bab-7_Kesimpulan.pdf 1
10. 2022_TA_SKD_030001800119_Daftar-pustaka.pdf 7
11. 2022_TA_SKD_030001800119_Lampiran.pdf 25

U Usia 2 tahun pertama merupakan periode emas pertumbuhan dan perkembangan anak, namun sangat rentan terhadap masalah gizi. Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi nasional status gizi kurang berdasarkan BB/U pada usia 12-23 bulan lebih tinggi dibanding usia lainnya yaitu 14,1%. Status gizi balita dipengaruhi faktor langsung dan tidak langsung. Pemberian MPASI termasuk faktor tidak langsung. Sasaran usia pemberian MPASI pada rentang usia 6-23 bulan. Pemberian MPASI dini yang dilakukan sebelum usia 6 bulan, banyak dilakukan di Indonesia. Hal ini dapat meningkatkan risiko diare, infeksi saluran napas, alergi, hingga gangguan pertumbuhan.MetodePenelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Sebanyak 207 responden terlibat dalam penelitian ini dan diambil menggunakan simple random sampling. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2018 Provinsi NTT dari Badan Litbangkes. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan p<0,05.HasilDistribusi frekuensi responden yang memberikan MPASI dini sebanyak 35 responden (16,9%). Responden dengan gizi kurang sebanyak 45 responden (21,7%). Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pemberian MPASI dini dengan status gizi balita usia 12-23 bulan (p = 0,880).KesimpulanTidak didapatkan hubungan antara pemberian MPASI dini dengan status gizi balita 12-23 bulan.

T The first 2 years of age is a golden period of growth and development of children, yet very vulnerable to nutritional problems. Based on Riskesdas 2018, national prevalence of underweight (WAZ) at the age of 12-23 months is higher than other ages, namely 14.1%. The nutritional status of toddlers is influenced by direct and indirect factors. Complementary feeding is an indirect factor. The target age for complementary feeding is 6-23 months. Early complementary feeding, which given before the age of 6 months, is widely practiced in Indonesia. This can increase the risk of diarrhea, respiratory infections, allergies, to growth disorders.MethodsThis research is an analytic observational study with cross sectional approach. A total of 207 respondents were involved in this study and were taken using simple random sampling. This study uses secondary data from Riskesdas 2018 NTT Province from Badan Litbangkes. Data analysis was carried out univariate and bivariate with Chi-Square with a significance level of p<0.05.ResultsDistribution of the frequency of respondents who gave early complementary feeding as many as 35 respondents (16.9%). Respondents with malnutrition were 45 respondents (21.7%). The results of the analysis showed that there was no relationship between early complementary feeding and the nutritional status of children aged 12-23 months (p = 0.880).ConclusionThere was no relationship between early complementary feeding and the nutritional status of children 12-23 months

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?