DETAIL KOLEKSI

Perancangan model delayed payment untuk meminimasi biaya persediaan produk solar water heater 150 lxc di PT. Wijaya Karya Intrade Energi


Oleh : Mia Rachmatia Saniskoro

Info Katalog

Penerbit : FTI - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2013

Pembimbing 1 : Docki Saraswati

Pembimbing 2 : Rahmi Maulidya

Subyek : Production management;Industrial management;Inventory control

Kata Kunci : delayed payment, independent policy, synchronized cycles

Status Posting : Published

Status : Tidak Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2013_TA_STI_06309041_Halaman-Judul.pdf
2. 2013_TA_STI_06309041_Lembar-Pengesahan.pdf
3. 2013_TA_STI_06309041_Bab-1_Pendahuluan.pdf
4. 2013_TA_STI_06309041_Bab-2_Tinjauan-Pustaka.pdf
5. 2013_TA_STI_06309041_Bab-3_Metodologi-Penelitian.pdf
6. 2013_TA_STI_06309041_Bab-4_Pengumpulan-Data.pdf
7. 2013_TA_STI_06309041_Bab-5_Pengolahan-Data.pdf
8. 2013_TA_STI_06309041_Bab-6_Analisis-Hasil.pdf
9. 2013_TA_STI_06309041_Bab-7_Kesimpulan-dan-Saran.pdf
10. 2013_TA_STI_06309041_Daftar-Pustaka.pdf
11. 2013_TA_STI_06309041_Lampiran.pdf

P PT. Wijaya Karya Intrade Energi merupakan sebuah perusahaan yang menangani operasi industri dan perdagangan konversi energi. Produk yang dihasilkan adalah Water Heater Product (WIKA Solar Water Heater, WIKA Air Conditioning Water Heater, WIKA Electric Water Heater, WIKA Heat Pump, dan WIKA Solar Pool Heating Water Heater) dan Photo Voltaic System Product (Solar Pumping System, Solar Home System, Solar Street Light System, Solar Centralized/Hybrid System, dan Solar Photo Voltaic Module, Component, and Parts). Berdasarkan jumlah permintaan tertinggi, maka pada penelitian tugas akhir ini, produk yang akan dilakukan peninjauan adalah produk Solar Water Heater 150 LXC. Perusahaan yang disebut dengan vendor tidak langsung memasarkan produknya kepada konsumen, namun menggunakan distributor sebagai penyalur produk kepada konsumen, dimana distributor akan disebut sebagai buyer. Sesuai kebijakan perusahaan, produk hanya dapat dikirim setelah terjadi pelunasan pembayaran, sehingga terjadi penumpukkan produk Solar Water Heater 150 LXC di gudang vendor yang mengakibatkan tingginya biaya persediaan. Oleh karena itu, diusulkan model Delayed Payment merupakan cara untuk membantu vendor dalam menyelesaikan permasalahan pembayaran. Model Delayed Payment merupakan model penundaan pembayaran yang diberikan vendor kepada buyer, sehingga buyer mendapatkan jangka waktu lebih panjang untuk melakukan pelunasan terhadap pesanan yang dilakukan. Kondisi saat ini (kondisi Independent Policy) merupakan kondisi vendor dan buyer yang tidak berintegrasi satu sama lain, sedangkan kondisi dengan model Delayed Payment merupakan kondisi dimana terjadi kondisi pengintegrasian antara siklus persediaan vendor dan buyer. Kondisi tersebut akan digunakan untuk membandingkan total biaya sistem persediaan keseluruhan ketika berada pada kondisi saat ini (kondisi Independent Policy) dan kondisi dengan model Delayed Payment. Pada kondisi Independent Policy didapatkan ukuran lot pemesanan optimal buyer (Qb) sebesar 14 unit dan ukuran lot produksi optimal vendor (Qv) sebesar 143 unit, sehingga biaya persediaan untuk vendor (VIND) dan buyer (BIND) pada kondisi Independent Policy adalah sebesar Rp 13.818.248,80 dan Rp 28.515.194,81. Pada kondisi Synchronized Cycles didapatkan ukuran lot pemesanan buyer sebanyak 312 unit dan ukuran lot produksi vendor sebanyak 57 unit, sehingga biaya persediaan untuk vendor (VSCA) dan buyer (BSCA) pada kondisi Synchronized Cycles adalah sebesar Rp Rp 17.267.837,20 dan Rp 14.513.275,64. Pada kondisi Independent Policy, didapatkan total biaya sistem persediaan keseluruhan sebesar Rp 42.223.870,21 ; sedangkan ketika menggunakan model Delayed Payment, total biaya persediaan adalah sebesar Rp 40.871.975,55 ; sehingga dapat melakukan penghematan terhadap total biaya sistem persediaan keseluruhan sebesar 5,88%. Berdasarkan perhitungan, jangka waktu penundaan pembayaran yang diijinkan adalah 1 hari.Kata Kunci: Delayed Payment, Independent Policy, Synchronized

P PT. Wijaya Karya Intrade Energi is a company that handles industrial and trading operations of energy conversion. The products are Water Heater (WIKA Solar Water Heater, WIKA Air Conditioning Water Heater, WIKA Electric Water Heater, WIKA Heat Pump, also WIKA Solar Pool Heating Water Heater) and Photo Voltaic System Product (Solar Pumping System, Solar Home System, Solar Street Light System, Solar Centralized/Hybrid System, also Solar Photo Voltaic Module, Component, and Parts). Based on the company’s highest demand, product that will to be reviewed in this Final Assignment was Solar Water Heater 150 LXC. The company, which will be called a vendor, do not market its products directly to the consumers, but it uses distributor as a seller, which will be referred as a buyer. According to company’s policy, the product can only be sent after full payment, resulting accumulation of products Solar Water Heater 150 LXC in storage and also resulting high inventory costs. Therefore, a Delayed Payment model is proposed as payment systems, which allows buyers to defer payments. Delayed Payment Model is a model of delay payments, which is given by vendor to the buyer, that allows buyer gets a longer period to make payment towards the order. Today’s condition (Independent Policy’s condition) is a condition of vendors and buyers who do not integrate each other, while Delayed Payment Model is a condition in which vendor and buyer has an integration to inventory cycle. The inventory’s total cost will be used to compare these conditions, when it is in the Independent Policy’s condition and the delayed payment model’s conditions. In Independent Policy’s condition, the optimal ordering lot size of buyer (Qb) was 14 units and optimal production lot size of vendor (Qv) was 143 units, so vendor’s inventory cost (VIND) was obtained Rp 13.818.248,80 and for buyer’s inventory cost (BIND) was obtained Rp 28.515.194,81. In Synchronized Cycles’ condition, the optimal buyer’s ordering lot size (Qb) is 312 units and vendor’s production lot size is 57 units, so vendor’s cost of inventory (VSCA) is obtained Rp 17.267.837,20 and buyer’s cost of inventory (BSCA) is obtained Rp 14.513.275,64. In Independent Policy’s condition obtained the inventory’s total cost is Rp 42.223.870,21; whereas a delayed payment model’s condition’s inventory total cost is Rp 40.871.975,55; thus can make savings inventory total cost by 5,88%. Based on the calculation, payment delay period allowed is 1 day.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?