DETAIL KOLEKSI

Pengaruh penambahan alkohol terhadap mikroemulsi pada surfaktan flooding


Oleh : Agung Rifaldy K

Info Katalog

Nomor Panggil : 1427/TP/2022

Penerbit : FTKE - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2022

Pembimbing 1 : Rini Setiati

Pembimbing 2 : Ziad

Subyek : Enhanced recovery

Kata Kunci : enhanced oil recovery, chemical injection, surfactant injection, IFT, salinity, microemulsion

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2022_TA_STP_071001700004_Halaman-Judul.pdf 45
2. 2022_TA_STP_071001700004_Lembar-Pengesahan.pdf 12
3. 2022_TA_STP_071001700004_Bab-1_Pendahuluan.pdf 2
4. 2022_TA_STP_071001700004_Bab-2_Tinjauan-Umum.pdf 48
5. 2022_TA_STP_071001700004_Bab-3_Metodologi-Penelitian.pdf 42
6. 2022_TA_STP_071001700004_Bab-4_Hasil-dan-Pembahasan.pdf 57
7. 2022_TA_STP_071001700004_Bab-5_Kesimpulan.pdf 9
8. 2022_TA_STP_071001700004_Daftar-Pustaka.pdf 3
9. 2022_TA_STP_071001700004_Lampiran.pdf 63

E Enhanced oil recovery (EOR) adalah merupakan sebuah metode pengurasanminyak tahap lanjut yang dimana metode ini sangat dapat bisa membantu suatumasalah yang sekarang ini sedang terjadi dimana adanya penurunan produksiterhadap minyak dan gas bumi dan kebutuhan terhadap bahan bakar yangmeningkat sangat tinggi. Dalam teknologi EOR ini terdapat suatu metode yaituyang kita kenal dengan injeksi kimia (chemical injection). Dalam injeksi kimia initerdapat juga berupa injeksi surfaktan, alkaline dan polymer. Pada penelitian kaliini akan digunakan injeksi surfaktan dan surfaktan yang digunakan adalah AOS(alfa oleifin sulfonates) terhadap beberpa variasi salinitas yaitu 20,000 ppm, 40,000ppm, 60,000 ppm dan 80,000 ppm dan konsentrasi AOS nya adalah 0,5%, 1%,1,5%, 2%, 2,5% pada masing – masing salinitas. Dan juga akan dicoba padasurfaktan ini dengan jenis minyak light crude oil dari lapangan R. berikutnya akandibuat larutan surfaktan yang akan ditambahkan co-surfaktan yaitu alkoholsebanyak 0.5%, 1%, 1.5%, 2%, 2,5%. Pada tahap awal yaitu dalam pembuatanbrine sesuai dengan data salinitas yang ada. Contoh pembuatannya adalah jikasalinitas larutan 20,000 ppm maka sediakan aquades sebanyak 1000 ml dantambahkan 20 gr NaCl dan seterusnya. Selanjutnya akan ditambahkan dengankonsentrasi AOS sebnya persen yang dibutuhkan dari total 1000 ml brine, begitupula untuk penambahan konsentrasi alkoholnya. Setelah semua larutan sudahselesai dibuat maka selanjutnya akan dilakukan test uji kelakuan fasa. Tujuan untukdilakukan test ini adalah untuk melihat larutan dengan konsentrasi dan salinitasberapa yang cocok untuk jenis minyak yang telah digunakkan atau kompatibilitaslarutan. Untuk memilih larutan yang kompatibel dengan melihat terbentuknyaemulsi yang bisa kita lihat dengan adanya perbedaan warna pada larutan secarakasat mata. Maka larutan yang terbentuk emulsi fasa tengah atau mikroemulsiadalah salinitas 60, 000 ppm dan 80, 000 ppm dan konsentrasi AOS nya adalah2,5%. Uji kelakuan fasa ini dilakukan selama 21 hari dan di dalam oven dengansuhu 60 °C. dikarenakan hanya ada dua larutan yang terbentuk emulsi fasa tengahmaka diambilah kedua larutan untuk dilakukan uji selanjutnya yaitu uji IFT(interfacial tension). Pada uji IFT yang terbukti memiliki nilai paling rendah antarakedua larutan tersebut adalah salinitas 80, 000 ppm dengan 2,5% AOS dengan nilaiIFT 2 dan salinitas 60,000 ppm konsentrasi AOS 2,5% nilai IFT nya adalah 2,6.Setelah uji IFT telah dilakukan maka akan dilakukan uji karakteristik fluida larutanyaitu densitas dan SG (specific gravity). Untuk pengukuran karakteristik fluida dilakukan pada dua suhu yaitu 30 °C dan 60 °C lalu setelah dilakukan pengukurandapat kita lihat bahwa dengan adanya kenaikan suhu maka nilai densitas akanmengecil begitu juga dengan nilai SG (specific gravity). Setelah itu akan dilakukancore flooding untuk kedua larutan surfaktan, untuk tahap–tahapnya pertama–tamaakan diinjeksikan waterflooding lalu diinjeksikan surfaktan dalam untuk hasilnyayang niali RF nya paling besar berada pada salinitas 80,000 ppm AOS 2,5% yaitu3,13% dan 60,000 ppm AOS 2,5% 2,6% berdasarkan nilai RF yang jikadihubungkan dengan nilai IFT maka benar yang terjadi, karena nilai IFT yangpaling rendah berada pada salinitas 80,000 ppm konsentrasi AOS 2,5%.

E Enhanced oil recovery (EOR) is an advanced oil extraction method, thismethod can really help a problem that is currently happening, there is a decreasein production of oil and gas and the need for fuel is increasing very high. In thisEOR technology there is a method that we know as chemical injection (chemicalinjection). In this chemical injection there are also injections of surfactants,alkaline and polymers. In this study, surfactant injection will be used and thesurfactant used is AOS (alpha oleifin sulfonates) with several variations in salinity,namely 20,000 ppm, 40,000 ppm, 60,000 ppm and 80,000 ppm and the AOSconcentrations are 0.5%, 1%, 1, 5%, 2%, 2.5% on each - each salinity. And it willalso be tested on this surfactant with the type of light crude oil from the R field.Next, a surfactant solution will be made to which a co-surfactant will be added,namely 0.5%, 1%, 1.5%, 2%, 2.5% alcohol. At the initial stage, namely in themanufacture of brine in accordance with existing salinity data. An example of itsmanufacture is if the salinity of the solution is 20,000 ppm, then provide 1000 ml ofdistilled water and add 20 grams of NaCl and so on. Furthermore, the AOSconcentration as much as the required percent of the total 1000 ml of brine will beadded, as well as for the addition of the alcohol concentration. After all thesolutions have been prepared, the phase behavior test will then be carried out. Thepurpose of this test is to see what concentration and salinity solution is suitable forthe type of oil that has been used or the compatibility of the solution. To choose acompatible solution by looking at the formation of an emulsion that we can see bythe difference in color in the solution with the naked eye. Then the solution formedas a mid-phase emulsion or microemulsion is a salinity of 60, 000 ppm and 80, 000ppm and the AOS concentration is 2.5%. The behavior test of this phase was carriedout for 21 days and in an oven at 60 °C. because there were only two solutions thatformed a mid-phase emulsion, the two solutions were taken for the next test, namelythe IFT (interfacial tension) test. In the IFT test, the lowest value between the twosolutions was 80, 000 ppm salinity with 2.5% AOS with an IFT value of 2 and60,000 ppm salinity AOS concentration of 2.5%, the IFT value was 2.6. After theIFT test has been carried out, the fluid characteristics of the solution will be tested,namely density and SG (specific gravity). For the measurement of fluidcharacteristics, it is carried out at two temperatures, namely 30 c and 60 c and afterthe measurement we can see that with an increase in temperature, the density valuewill decrease as well as the SG (specific gravity) value. After that, core floodingwill be carried out for the two surfactant solutions, for the first steps, waterflooding will be injected and then the inner surfactant will be injected. ppm aos 2.5% 2.6%based on the RF value which, if associated with the IFT value, is correct, becausethe lowest IFT value is at 80,000 ppm salinity AOS 2.5% concentration.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?