Evaluasi salinitas di Cekungan Artois DKI Jakarta
J Jakarta merupakan daerah dengan akuifer pantai yang dipadati dengan penduduk. Banyaknya jumlah penduduk dan belum tercukupinya kebutuhan akan air bersih dari PAM menyebabkan banyaknya pengambilan airtanah. Jumlah pengambilan yang tidak sesuai dengan pengisian kembali akuifer menyebabkan airtanah menjadi tercemar, antara lain karena salinitas yang tinggi.Salinitas tinggi akibat pengambilan airtanah yang berlebihan terjadi dapat dikarenakan oleh intrusi air laut atau terperasnya air pada lapisan lempung (connate water). Salinitas pada airtanah Jakarta sebagian besar berada pada bagian Utara Jakarta, khususnya pada airtanah akuifer 0-40m.Keadaan salinitas di Jakarta akan terus meningkat bila pengambilan airtanah yang terus bertambah tanpa adanya kontrol atas jumlah pengambilan. Terhitung sejak tahun 1990-2000, prosentase pengambilan airtanah terus meningkat.Perlunya dilakukan evaluasi salinitas pada airtanah Jakarta untuk mengetahui sejauh mana penebaran salinitas itu telah sampai, bagaimana kondisinya, dan dimana saja terdapatnya.Metode analisa dimulai dengan pengumpulan data sekunder tentang analisa kualitas airtanah -> kompilasi data -> pemberian kode lokasi -> pembuatan kontur overlay peta sampai menjadi peta kontur.Aturan yang dipakai dalam mengklasifikasi tingkat keasinan airtanah adalah berdasarkan PAHIAA 1986 dan untuk mengklasifikasikan layak atau tidaknya airtanah untuk air bersih berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990
J Jakarta is an area with coastal aquifers which is densely populated. The large population and the insufficient need for clean water from PAM have resulted in a large number of groundwater extraction. The amount of uptake that is inconsistent with replenishing aquifers causes groundwater to become polluted, partly due to high salinity.High salinity due to excessive groundwater extraction can occur due to sea water intrusion or water squeezing in the connate water layer. Most of the groundwater salinity in Jakarta is in the northern part of Jakarta, especially in the 0-40m aquifer groundwater.The condition of salinity in Jakarta will continue to increase if groundwater extraction continues to increase without any control over the amount of extraction. Starting from 1990-2000, the percentage of groundwater extraction has continued to increase.It is necessary to evaluate the salinity of groundwater in Jakarta to determine the extent to which the distribution of salinity has reached, how the conditions are, and where it is located.The method of analysis begins with the collection of secondary data on groundwater quality analysis -> compilation of data -> providing location codes -> making contours overlay maps to become contour maps.The rules used in classifying the level of salinity of groundwater are based on PAHIAA 1986 and to classify whether or not groundwater is suitable for clean water based on Government Regulation Number 20 of 1990