DETAIL KOLEKSI

Hubungan faktor psikologis terhadap prevalensi sleep bruxism pada remaja di Jakarta (Laporan Penelitian)


Oleh : Ian Christopher Atmaka

Info Katalog

Nomor Panggil : 617.692 ATM h

Penerbit : FKG - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2019

Pembimbing 1 : drg . Carolina Damayanti Marpaung, Sp.Pros., Ph.D.

Subyek : Sleep disorders;Prosthodontics

Kata Kunci : prevalence, bruxism, psychological factors, adolescents

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2019_TA_KG_040001500081_Halaman-Judul.pdf
2. 2019_TA_KG_040001500081_Lembar-Pengesahan.pdf
3. 2019_TA_KG_040001500081_Bab-1_Pendahuluan.pdf
4. 2019_TA_KG_040001500081_Bab-2_Tinjauan-Pustaka.pdf
5. 2019_TA_KG_040001500081_Bab-3_Kerangka-Teori,-Kerangka-Konsep-dan-Hipotesis.pdf
6. 2019_TA_KG_040001500081_Bab-4_Metode-Penelitian.pdf
7. 2019_TA_KG_040001500081_Bab-5_Hasil-Penelitian.pdf
8. 2019_TA_KG_040001500081_Bab-6_Pembahasan.pdf
9. 2019_TA_KG_040001500081_Bab-7_Kesimpulan-dan-Saran.pdf
10. 2019_TA_KG_040001500081_Daftar-Pustaka.pdf
11. 2019_TA_KG_040001500081_Lampiran.pdf

L Latar Belakang: Sleep bruxism merupakan suatu kegiatan para fungsional yang ditandakan dengan adanya gerakan menggesek gigi dan clenching yang terjadi secara berulang kali dalam suatu jangka waktu. Sleep bruxism dipercayai memiliki banyak faktor predisposisi, dan salah satu faktor tersebut adalah faktor psikologis. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara faktor psikologis terhadap sleep bruxism pada populasi remaja di Jakarta. Metode penelitian: Metode penelitian ini adalah observasional, yang dilaksanakan pada 4 sekolah di daerah Jakarta Barat, dengan subjek penelitian berupa remaja berumur 12-13 tahun. Subyek penelitian menjawab pertanyaan dari kuesioner Remaja V2, dan diolah menggunakan SPSS. Hasil: Dari 435 subyek penelitian, ditemukan prevalensi bruxism sebesar 10,8%. Dari hasil analisa data ditemukan bahwa adanya hubungan signifikan antara sleep bruxism dengan faktor psikologis khususnya kecemasan dan kekhawatiran, serta adanya hubungan yang signifikan antara awake bruxism dengan kecemasan. Kesimpulan: Ditemukan adanya hubungan antara faktor psikologis dengan bruxism, khususnya faktor kecemasan dan kekhawatiran, dan adanya hubungan antara prevalensi bruxism dengan faktor psikologis pada anak remaja.

B Background: Sleep bruxism is a parafunctional activity which is characterized by the repetitive process of tooth gnashing and clenching which happens multiple times in a certain period. Sleep bruxism is believed to have many predisposing factors, and one of those factors are psychological factors. Aim: To determine the relationship between psychological factors and the prevalence of sleep bruxism in an adolescent population in Jakarta, Indonesia. Research Methodology: This research was an analytical research which was carried out in 4 schools in West Jakarta, with the subjects being adolescent children aged 12-13 years old. The respondents answered the “Remaja V2” questionnaire and the data was processed using the SPSS program. Results: Out of 435 subjects which participated in this study, a prevalence rate of 10.8% was observed. From the statistical analysis, it was discovered that a significant relationship was found between sleep bruxism and psychological factors, especially anxiety and worry, and a significant relationship was found between awake bruxism and anxiety. Conclusion: It was discovered that there is a relationship between psychological factors and sleep bruxism, especially anxiety and a state of worry, and a relationship was found between the prevalence of sleep bruxism and psychological factors in adolescents.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?