DETAIL KOLEKSI

Usulan perancangan ulang tata letak lantai produksi divisi mcb menggunakan pendekatan group teknologi (gt) berdasarkan algoritma rank order clustering (roc) dan bond energy (bea) pada PT. Schneider Indonesia


Oleh : Andi Herry Prabowo

Info Katalog

Penerbit : FTI - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2010

Pembimbing 1 : Rahmi Maulidya

Subyek : Production control;Plant layout

Kata Kunci : proposed redesign, production floor layout, mcb division, technology group approach (gt), rank order

Status Posting : Published

Status : Tidak Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2010_TA_STI_06305164_Halaman-Judul.pdf 19
2. 2010_TA_STI_06305164_Lembar-Pengesahan.pdf -1
3. 2010_TA_STI_06305164_Bab-1_Pendahuluan.pdf -1
4. 2010_TA_STI_06305164_Bab-2_Landasan-Teori.pdf 42
5. 2010_TA_STI_06305164_Bab-3_Metodologi-Penelitian.pdf 15
6. 2010_TA_STI_06305164_Bab-4_Pengumpulan-Data.pdf 146
7. 2010_TA_STI_06305164_Bab-5_Pengilahan-Data.pdf 172
8. 2010_TA_STI_06305164_Bab-6_Analisa-Hasil.pdf 9
9. 2010_TA_STI_06305164_Daftar-Pustaka.pdf 1
10. 2010_TA_STI_06305164_Lampiran.pdf 227

P T. Schneider Indonesia adalah perusahaan industri manufaktur yang berdedikasi di sektor produksi, penjualan produk dan peralatan listrik. Produk yang dihasilkan di PT. Schneider Indonesia yaitu Medium Voltage Panel(MV), Low Voltage Panel(LV), dan Miniature Circuit Breaker (MCB). Pada divisi MCB memproduksi dua produk yaitu MCB PLN type C32N dan MCB Private type Domae. Permasalahan yang terdapat pada divisi MCB yaitu terjadi desakan dari perusahaan untuk memindahkan divisi MCB pada lahan yang baru sehingga harus melakukan perancangan ulang tata letak pada lantai produksi tersebut. Desakan pemindahan divisi MCB pada lahan baru dikarenakan lahan yang lama akan digunakan untuk divisi lain. Karena desakan untuk pindah pada lahan yang barn dan lahan yang baru memiliki luas lebih kecil dibanding luas dan tempat semula sehingga divisi MCB mengurangi kapasitas produksinya. Pengurangan kapasitas produksi bertujuan untuk mengurangi jumlah cell atau jumlah mesin yang ada sehingga semua mesin yang dibawa dan lahan yang lama dapat digunakan/diletaldcan pada lahan yang baru. Penelitian tugas akhir ini bertujuan untuk menentukan jumlah mesin yang harus digunakan pada lahan yang barn, memberikan usulan perancangan ulang tata letak lantai produksi pada lahan baru dan memilih rancangan tata letak lantai produksi dan kedua algoritma berdasarkan biaya penggunaan material handling yang minimum. Pada awal perancangan, dilakukan perhitungan waktu baku untuk mengetahui waktu proses produksi. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan lembar pengurutan produksi (Routing Sheet) untuk mengetahui jumlah mesin yang digunakan pada lahan baru. Tahap selanjutnya yaitu perhitungan luas lantai produksi untuk mengetahui luas lantai produksi pada lahan yang barn. Tahap selanjutnya adalah pembuatan Material Handling Planning Sheet yang akan digunakan sebagai dasar pembuatan From To Chart (FTC) biaya. Jika tahap tersebut selesai dilanjutkan dengan perancangan tata letak dengan pendekatan Group Technology dengan menggunakan algoritma Rank Order Clustering (ROC) dan Bond Energy (BEA). Pendekatan Group Technology menggunakan dua algoritma yaitu Rank Order Clustering (ROC) dan Bond Energy (BEA) yang digunakan untuk mengelompokkan mesin ke dalam sel. Jika pengelompokan mesin kedalam sel pada algoritma ROC telah selesai, dilanjutkan dengan mengurutkan peletakan mesin ke dalam masing-masing sel dengan menggunakan Metode Hollier. Untuk algoritma BEA, mengurutkan peletakan mesin ke dalam masing-masing sel dengan menggunakan From To Chart biaya. Setelah didapat hasil tata letak dari kedua algoritma tersebut, selanjutnya dilakukan perbandingan biaya penggunaan material handling dengan menggunakan Material Handling Evaluation Sheet (Ml ES) dan kedua algoritma tersebut. Berdasarkan pengolahan data diperoleh total jumlah mesin yang digunakan pada lahan yang barn sebanyak 58 buah mesin, luas lantai produksi yang dibutuhkan pada lahan yang barn yaitu sebesar 493.7064 m2 (jumlah mesin berdasarkan kapasitas produksi yang barn dapat dimuat/diletalckan pada lahan yang baru) dan biaya perpindahan material handling selama satu bulan dengan algoritma Rank Order Clustering (ROC) — Hollier sebesar Rp. 3.672.822,49, algoritma Bond Energy (BEA) sebesar Rp. 3.697.649,79. Sehingga tata letak yang terpilih dan akan digunakan pada lahan yang baru adalah tata letak dengan algoritma Rank Order Clustering (ROC) — Hollier.

P T. Schneider Indonesia is a manufacturing industry company dedicated to the production, sales of electrical products and equipment. Products produced at PT. Schneider Indonesia, namely Medium Voltage Panel (MV), Low Voltage Panel (LV), and Miniature Circuit Breaker (MCB). The MCB division produces two products, namely MCB PLN type C32N and MCB Private type Domae. The problem in the MCB division is that there is pressure from the company to move the MCB division to a new land so that it has to redesign the layout on the production floor. The urge to move the MCB division to new land because the old land will be used for another division. Due to the pressure to move to a new land and the new land has a smaller area than the original area and place, the MCB division reduces its production capacity. Reducing production capacity aims to reduce the number of cells or the number of existing machines so that all machines brought in and the old land can be used/letalized on the new land. This final project research aims to determine the number of machines that must be used on the new land, propose a redesign of the production floor layout on the new land and choose the production floor layout design and both algorithms based on the minimum cost of using material handling. At the beginning of the design, the standard time is calculated to determine the time of the production process. Then proceed with making a production routing sheet to find out the number of machines used in the new land. The next stage is the calculation of the production floor area to determine the production floor area on the new land. The next stage is the manufacture of a Material Handling Planning Sheet that will be used as the basis for making From To Chart (FTC) costs. If this stage is complete, then proceed with the layout design using the Group Technology approach using the Rank Order Clustering (ROC) and Bond Energy (BEA) algorithms. The Group Technology approach uses two algorithms, namely Rank Order Clustering (ROC) and Bond Energy (BEA) which are used to group machines into cells. If the grouping of machines into cells in the ROC algorithm has been completed, it is continued by sorting the placement of machines into each cell using the Hollier Method. For the BEA algorithm, sort the machine placement into each cell using the From To Chart cost. After obtaining the results of the layout of the two algorithms, then a comparison of the costs of using material handling is carried out using the Material Handling Evaluation Sheet (Ml ES) and the two algorithms. Based on data processing, the total number of machines used on the new land is 58 machines, the required production floor area on the new land is 493.7064 m2 (number of machines based on the new production capacity can be loaded/unloaded on the new land) and the cost movement of material handling for one month with the Rank Order Clustering (ROC) — Hollier algorithm of Rp. 3,672,822.49, the Bond Energy (BEA) algorithm is Rp. 3,697,649.79. So that the layout chosen and will be used on the new land is the layout with the Rank Order Clustering (ROC) algorithm — Hollier.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?