Perancangan model evaluasi intensitas traffic perlintasan sebidang pada rute commuter line Jakarta-Bogor dengan metode simulasi visual slam & awesim
J alan perlintasan adalah perpotongan sebidangan arah jalur rel yang dipergunakan untuk perjalanan kereta api dengan jalur yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan jalan raya. Dengan adanya penggunaan area sebidang secara bersama-sama secara bergantian oleh lalulintas jalan raya dan lalu lintas kereta KRL, maka ketika ada KRL yang lewat akan ada penutupan arus laulintas jalan raya pada perlintasan sebidang. Hal ini akan berdampak terjadi antrian pada arus lalulintas jalan raya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang evaluasi intensitas traffic perlintasan sebidang. Tujuan dari penelitian adalah merancang model evaluasi intensitas traffic pada perlintasan sebidang dan melakukan evaluasi sistem antrian pada perlintasan sebidang. Metode yang digunakan pada perancangan model adalah menganalisis sistem nyata sebagai dasar membangun network builder dan control builder. Model yang dibangun disimulasikan dengan software Visual Slam & Awesim. Model dilakukan pada perlintasan resmi yaitu perlintasan sebidang commuter line Jakarta-Bogor, yaitu perlintasan Tebet, Durenkalibata, Pasar Minggu dan universitas Pancasila. Hasil rancangan model yang dibangun meliputi sistem antrian kendaraan pada perlintasan sebidang pada dua arah dan arah kereta searah maupun dua arah. Model yang dibangun divalidasi dengan melakukan perhitungan validasi antara sistem nyata dan output. Hasil validasi menunjukkan bahwa model yang dibangun valid apabila selisih sistem nyata dan simulasi melewati nol. Pada perlintasan Duren Kalibata dan Universitas Pancasila model 1 menunjukkan model dari jam 07.00-10.00, Pasar Minggu dan Tebet model 1 menunjukkan model dari jam 07.00-11.00. Hasil penelitian ini menunjukkan pada perlintasan sebidang Duren Kalibata model 1 memiliki rata-rata panjang antrian pintu kiri 3.965 smp, panjang maksimum pintu kiri 63 smp, rata-rata waktu menunggu pintu kiri 0.5 menit, rata-rata panjang antrian pintu kanan 3.981 smp, panjang maksimum pintu kanan 60 smp, rata-rata waktu menunggu pintu kanan 0.513 menit, rata-rata headway 12,46 menit, standar deviasi 5,91 menit, maximum headway 33 menit, dan minimum headway 1 menit. Pada perlintasan sebidang Pasar Minggu model I memiliki rata-rata panjang antrian pintu kid. 5.321 smp, panjang maksimum pintu kiri 81 smp, rata-rata waktu nnenunggu pintu kiri 0.518 menit, rata-rata panjang antrian pintu kanan 5.489 smp, panjang maksimum pintu kanan 84 smp , rata-rata waktu menunggu pintu kanan 0.508 menit, rata-rata headway 13,09 menit, standar deviasi 5,79 menit, maximum headway 39 menit, dan minimum headway 3 menit. Pada perlintasan sebidang Tebet model 1 memiliki rata-rata panjang antrian pintu kid 2.959 smp, panjang maksimum pintu kiri 52 smp, rata-rata waktu menunggu pintu kiri 0.373 menit, rata-rata panjang antrian pintu kanan 3.161 smp, panjang maksimum pintu kanan 56 smp, rata-rata waktu menunggu pintu kanan 0.389 menit, rata-rata headway 12,76 menit, standar deviasi 5,99 menit, maximum headway 35 menit, dan minimum headway 3 menit. Pada perlintasan sebidang Universitas Pancasila model 1 memiliki rata-rata panjang antrian pintu kiri 3.502 smp, panjang maksimum pintu kiri 61 smp, rata-rata waktu menunggu pintu kiri 0.387 menit, rata-rata panjang antrian pintu kanan 1578 smp, panjang maksimum pintu kanan 64 smp, rata-rata waktu menunggu pintu kanan 0.388 menit, rata-rata headway 11,84 menit, standar deviasi 4,73 menit, maximum headway 29 menit, dan minimum headway 4 menit. Rapatnya waktu antar kedatangan KRL atau headway dan pcnutupan pintu perlintasa selama 5 menit mengakibatkan antrian panjang. Hasil penelitan ini dapat digunakan untuk mengatur headway yang seimbang sehingga dapat meminimasi kepadatan lalu lintas jalan raya akibat adanya penutupan pintu perlintasan kereta api_
T he road crossing is the intersection of the plot towards the rail line that used to travel with the train track used for highway vehicle traffic. Application of a plot area together by highway traffic and rail traffic KRL, then when there will be no passing KRL closure of traffic flow on the highway crossings. This will impact a queue on highway traffic flow. Therefore it is necessary to do research on the evaluation of the intensity of traffic crossings. The purpose of this researach is to design a model to evaluate the intensity of traffic at crossings and to evaluate the queuing system at level crossings. The method used in the design of the model is to analyze real systems as the basis for building a network builder and builder control. Models were constructed simulated with Visual Slam and Awesim software. The model performed at the official crossings crossings Jakarta-Bogor commuter line, is crossing Tebet, Duren Kalibata, Pasar Minggu and Universitas Pancasila. The results of the design of a model built vehicles queuing system at level crossings in direction of the train unidirectional or bidirectional. Validated model is constructed by performing the calculation and validation of the real system output. Validation results show that the model constructed is valid if the difference between the real system and the simulation passes zero. In Duren Kalibata crossings and the Universitas Pancasil model 1 shows a model of 07:00-10:00, Pasar Minggu and Tebet model 1 shows a model of 7:00 to 11:00 hours. The results of this research indicate the crossings Duren Kalibata model 1 has an average queue length left door 3,965 smp , the maximum length left door 63 smp, the average waiting time left door 0.5 minutes , the average queue length right door 3981 smp, long maximum right door 60 smp, the average wait time right door 0,513 minutes, average headway of 12.46 minutes, a standard deviation of 5.91 minutes, the maximum headway 33 minutes, and a minimum headway 1 minute. At crossings Pasar Minggu model 1 has an average queue length left door 5,321 smp, the maximum length left door 81 smp, the average waiting time left door 0.518 minutes, the average queue length right door 5489 smp, the maximum length of the right door 84 smp, the average waiting time right door 0.508 minutes, the average headway 13.09 minutes, a standard deviation 5.79 minutes, the maximum headway 39 minutes, and a minimum headway 3 minutes. In model 1 Tebet crossings have average queue length left door 2,959 smp , the maximum length of the left door 52 smp, the average waiting time left door 0.373 minutes, the average queue length right door 3,161 smp, the maximum length right door 56 smp , the average waiting time of right door 0,389, the average headway 12.76 minutes, a standard deviation 5.99 minutes, the maximum headway 35 minutes, and a minimum headway 3 minutes. At level crossings, Universitas Pancasila model 1 has an average queue length left door 3,502 smp, the maximum length the left door 61 smp, the average waiting time left door 0.387 minutes, the average queue length right door 3,578 smp, the maximum length of the right door 64 smp, the average waiting time 0.388 minutes right door, the average headway 11.84 minutes, a standard deviation 4.73 minutes, the maximum headway 29 minutes, and a minimum headway of 4 minutes. Compact time between the arrival of KRL or headway and closing crossing for 5 minutes resulted in long queues. The results of this research can be used to adjust the headway that balanced so as to minimize traffic congestion due to the closure of highway rail crossings