Perbedaan efektifitas terapi hipersensitif dentin di rumah dan kombinasi pasca skeling dan penghalusan akar pada penderita periodontitis kronis
D entin hipersensitif adalah keadaan dentin yang terbuka pada lingkungan mulut karena hilangnya sementum. Keadaan ini dapat ditemukan pada penderita periodontitis kronis setelah skeling dan penghalusan akar. Pada perawatan tersebut terjadi pembuangan jaringan sementum nekrotik sehingga dentin menjadi terekspos dan menimbulkan rasa tidak nyaman. Terdapat dua terapi dentin hipersensitif, yaitu dapat dilakukan di rumah oleh pasien dan dilakukan di klinik oleh dokter gigi. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efektifitas terapi dentin hipersensitif paska skeling dan penghalusan akar pada penderita periodontitis kronis. Subyek penelitian ini adalah penderita periodontitis kronis yang datang ke Klinik Periodonsia FKG USAKTI selama bulan Oktober hingga November 2011. Terdiri dari dua kelompok subyek, yaitu delapan orang kelompok terapi dentin hipersensitif di rumah menggunakan bahan desensitisasi Strontium chloride dan delapan orang kelompok terapi dentin hipersensitif dengan kombinasi di klinik menggunakan Sodium fluoride. Untuk mengetahui efektifitas masing-masing terapi digunakan Uji Kruskal Wallis. Sedangkan untuk membandingkan efektifitas kedua terapi terhadap dentin hipersensitif digunakan uji Mann-Whitney. Batas nilai kemaknaan digunakan p < 0,05. Hasil uji Kruskal Wallis membuktikan bahwa terdapat perbedaan bermakna rerata penurunan masing-masing terapi (p < 0,05). Pada uji Mann-Whitney membuktikan terdapat perbedaan yang bermakna antara terapi dentin hipersensitif di rumah dan terapi kombinasi pada hari ke-0, 7, 14, dan 21 (p < 0,05). Berdasarkan uji klinis dan statistic, dapat disimpulkan bahwa terapi dentin hipersensitif di rumah lebih efektif dibanding terapi kombinasi di klinik dalam mengatasi dentin hipersensitif paska skeling dan penghalusan akar pada penderita periodontitis kronis.
D entin hypersensitivity is a condition that dentin is exposed to oral environment due to loss of cementum. This condition can be found in patient with chronic periodontitis after scaling and root planing. In that treatment occurred removal of necrotic cementum so that the dentine becomes exposed and cause discomfort. There are two classifications of dentine hypersensitivity therapy, which can be done at home by the patient and performed in the clinic by the dentist. The purpose of this study was to compare the effectiveness of the therapy of dentin hypersensitivity after scaling and root planing in patients with chronic periodontitis. The subjects were patients with chronic periodontitis who came to the Clinical Periodontia Trisakti University of Dentistry during October to November 2011. The subjects consisted of two groups, eight people for therapy at home with Strontium chloride and eight people for combination therapy in office with Sodium fluoride. To determine the effectiveness of each therapy used Kruskal Wallis test. To compare the effectiveness of both therapies are used the Mann-Whitney test. The significance value p <0.05. Kruskal Wallis test results prove that there are significant differences in reduction rates of each of these therapies (p <0.05). In the Mann-Whitney test proves there are significant differences between dentine hypersensitivity therapy at home and in the combination therapy on day 0, 7, 14, and 21 (p <0.05). It can be concluded that the therapy of dentine hypersensitivity at home is more effective than combination therapy in office to dentin hypersensitivity after scaling and root planing in patients with chronic periodontitis.