Upaya stabilisasi tanah berpotensi likuifaksi menggunakan stone column
P erencanaan konstruksi bangunan di lahan dengan kondisi tanah yang buruk sudah sangat umum dijumpai dan tidak dapat dipungkiri bahwa akan ada kerusakan besar pada kontruksi diatasnya apabila terjadi bencana alam, seperti gempa bumi. Pada kondisi lingkungan tertentu gempa bumi dapat menyebabkan peristiwa lain sesuai dengan karakteristik tanah tertentu, salah satunya peristiwa likuifaksi. Likuifaksi dapat dicegah dengan melakukan upaya stabilisasi tanah menggunakan stone column. Tahap pertama yang harus dilakukan adalah menganalisis potensi likuifaksi pada tanah menggunakan teori Idriss dan Boulanger. Setelahnya dilanjutkan dengan melakukan perancangan stone column menggunakan acuan FHWA. Perancangan stone column dalam penelitian ini dibuat dengan beberapa diameter, spasi pemasangan, dan kedalaman yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan stone column berdiameter 1 m yang ditanam sedalam 10 m dengan spasi pemasangan 1.2 m dapat bekerja secara efektif karena memiliki nilai rasio pergantian luas tertinggi dan nilai konsetrasi tergangan yang sudah mencukupi.
C onstruction planning of buildings on land with poor soil conditions is very common, and it cannot be denied that there will be major damage to the construction above it in the event of a natural disaster, such as an earthquake. Under certain environmental conditions, an earthquake can cause other events according to certain soil characteristics, one of which is liquefaction. Liquefaction can be prevented by making efforts to stabilize the soil using a stone column. The first step that must be done is to analyze the liquefaction potential of the soil using the Idriss and Boulanger’s theory. The next stage is the stone column design using FHWA as a reference. The stone column design in this study was made with several different diameters, installation spaces, and depths. The results showed that the use of stone columns with a diameter of 1 m planted with a depth of 10 m with an installation space of 1.2 m can work effectively because it has the highest area replacement ratio and an adequate stress concentration value.