perbedaan lebar nasofaring antara maloklusi skeletal kelas i dan skeletal kelas ii : kajian pada rekam medik ortodonti pasien RSGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti Tahun 2016-2017 (Laporan Penelitian)
L atar Belakang: Maloklusi adalah kondisi oklusi yang menyimpang dan didefinisikan sebagai hubungan gigi geligi yang tidak normal. Maloklusi skeletal yang berat dapat membuat tampilan wajah menjadi buruk dan menyebabkan penyimpangan pada fungsi pengunyahan, penelanan, bicara, dan pernafasan. Bernafas melalui mulut merupakan etiologi maloklusi yang terjadi akibat penyempitan lebar nasofaring. Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan lebar nasofaring antara maloklusi skeletal kelas I dan kelas II. Metode: Jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional. Sampel diambil dari data sekunder sefalogram pasien ortodonti RSGM FKG Universitas Trisakti tahun 2016-2017. Parameter yang diukur yaitu, SNA, SNB, ANB (sudut ANB 2-4° menunjukkan maloklusi skeletal kelas I dan sudut ANB >4° menunjukkan maloklusi skeletal kelas II), lebar nasofaring menurut analisis McNamara. Hasil: Lebar nasofaring maloklusi skeletal kelas I sebesar 9,47 mm (± 2,37) dan lebar nasofaring maloklusi skeletal kelas II sebesar 9,01 mm (± 2,04). Berdasarkan uji T tidak berpasangan tidak terdapat perbedaan bermakna antara lebar nasofaring dengan maloklusi skeletal kelas I dan kelas II dengan nilai p³0,05. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara lebar nasofaring dengan maloklusi skeletal kelas I dan kelas II.
B ackground: Malocclusion is a deviate condition of occlusion and defined by an abnormal relationship of the teeth. Severe skeletal malocclusion cause unfavored facial appearance, also the malfunction of mastication, swallowing, speaking, and breathing. Mouth breathing is one of the etiology of malocclusion, caused by the narrowing of upper pharyngeal width. Objective: To determine the upper pharyngeal width difference between skeletal malocclusion class I and class II. Method: This study used analytic observational method with cross sectional study design. Samples collected from dental hospital Trisakti’s University patients cephalogram in 2016-2017. The analysis performed by doing the measurement of SNA, SNB, ANB (class I, ANB: 2-4° and class II, ANB>4°), and upper pharyngeal width refer to McNamara Analysis. Result: Upper pharyngeal width in skeletal malocclusion class I is 9.47 mm (± 2.37) and upper pharyngeal width in skeletal malocclusion class II is 9.01 mm (± 2.04). According to independent t-test showed there is no significant difference between upper pharyngeal width and skeletal malocclusion class I and class II with p³0.05. Conclusion: There is no significant difference of upper pharyngeal width between skeletal malocclusion class I and class II.