Arahan penerapan Kota Kompak (Compact City) di Kota Tangerang
T ujuan dari penelitian ini adalah untuk memberi arahan penerapan kota kompak sebagai solusi dari permasalahan urban sprawl di Kota Tangerang. Penelitian ini bersifat kuantitatif. Analisis data menggunakan metode statistik kuantitatif dan deskriptif komparatif. Hasilnya adalah: 1) Kecamatan Larangan merupakan kecamatan dengan tingkat indeks kekompakan kota tertinggi; 2) Terdapat 5 faktor yang mempengaruhi indeks kekompakan kota: kepadatan terbangun, konsentrasi terbangun, kepadatan perumahan, konsentrasi RTH, persentase ketersediaan toko, persentase pertumbuhan penduduk dan kerapatan jalan kolektor; 3) Arahan penerapan tiap kecamatan: Ciledug meningkatkan kepadatan terbangun, taman kota dan SPPK I; Cibodas meningkatkan kepadatan terbangun, PPK II, dan ruas jalan kolektor; Periuk mempertahankan perindustrian, meningkatkan kepadatan perumahan dan SPPK II; Cipondoh meningkatkan industri perikanan, kepadatan perumahan dan PPK IV; Karawaci membatasi perindustrian, meningkatkan fungsi campuran dan PL V; Batuceper mempertahankan perindustrian, membatasi kepadatan perumahan dan meningkatkan PL III serta ruas jalan kolektor; Karang Tengah meningkatkan agro wisata dan PL II; Jatiuwung mempertahankan perindustrian, meningkatkan kepadatan perumahan dan PL VI; Tangerang membatasi perindustrian, meningkatkan fungsi campuran dan PPK I; Neglasari meningkatkan wisata budaya, kepadatan perumahan dan PL IV; Pinang meningkatkan wisata budaya, kepadatan perumahan PL III dan ruas jalan kolektor; Benda meningkatkan pembangunan fasilitas bandara beserta RTH dan SPPK III.
T he purpose of this study is to provide direction on the application of compact city as a solution to the urban sprawl problem in Tangerang City. This research is quantitative. Data analysis uses quantitative statistical methods and comparative descriptive methods. The results are: 1) Larangan District is the district with the highest urban compactness index level; 2) There are 5 factors that influence the urban compactness index: built density, concentration built, housing density, green space concentration, percentage of store availability, percentage of population growth and density of collector roads; 3) Directions for application of each sub- district: Ciledug increases the density of the built, city park and SPPK I; Cibodas increased the build density, PPK II, and collector road sections; Periuk maintains industry, increases housing density and SPPK II; Cipondoh increased the fishing industry, housing density and PPK IV; Karawaci limits industry, improves mixed use and PL V; Batuceper maintains industry, limits housing density and increases PL III and collector roads; Karang Tengah increases agro tourism and PL II; Jatiuwung maintains industry, increases housing density and PL VI; Tangerang limits industry, improves mixed functions and PPK I; Neglasari increases cultural tourism, housing density and PL IV; Pinang increases cultural tourism, PL III housing density and collector roads; Benda increased the construction of airport facilities along with green open space and SPPK III.