Hubungan faktor keturunan dengan kejadian kelainan refraksi pada siswa sma
S MALATAR BELAKANG Gangguan refraksi yaitu miopia masih merupakan salah satu penyebab kebutaan di dunia. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa terdapat 45 juta orang yang menjadi buta di seluruh dunia, dan 135 juta dengan low vision. Diperkirakan gangguan refraksi menyebabkan sekitar 8 juta orang (18% dari penyebab kebutaan global) mengalami kebutaan. Angka kebutaan anak di dunia masih belum jelas, namun diperkirakan ada sekitar 1,4 juta kasus kebutaan pada anak, dan 500.000 kasus baru terjadi tiap tahunnya. Sebagian besar anak-anak ini meninggal beberapa bulan setelah mengalami kebutaan. Berdasarkan data dari WHO pada 2004 prevalensi kelainan refraksi pada umur 10-17 tahun sebanyak 12,8 juta orang (0,97%). Hal ini merupakan dasar penelitian hubungan antara faktor keturunan dengan kejadian kelainan refraksi pada siswa SMA ini. METODE Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan studi observasional yang mengikutsertakan 91 murid kelas II IPA di SMAN 107 Jakarta Timur. Data dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner yang meliputi jenis kelamin, faktor keturunan kelainan refraksi, lama pemakaian kacamata, keteraturan penggunaan kacamata (pada saat menonton TV, membaca buku, dan pada saat beraktifitas), kebiasaan posisi membaca, serta lamanya aktifitas mata untuk membaca dan menonton TV di rumah. Pengukuran tingkat kelainan refraksi dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan visus dengan menggunakan Snellen Chart oleh refraksionis. Analisis data dengan menggunakan SPSS for Windows versi 16.0 dan tingkat kemaknaaan yang digunakan besarnya 0,05.HASILAnalisis korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna dari faktor keturunan dengan kelainan refraksi. (p<=0.05). Dan juga didapatkan 66 orang murid perempuan (72.5%) lebih banyak mengalami kelainan refraksi miopi dan silinder dibanding laki-laki. Selain itu juga murid yang didapatkan mengalami kelainan refraksi ringan sebanyak 81 murid (81.8%) lebih banyak dibanding sedang dan berat. Murid-murid yang menonton TV 2-3 jam per hari memiliki presentase paling besar sebanyak 37 murid (37.4%). Murid-murid yang membaca buku 1 sampai 2 jam per hari lebih dominan sebanyak 57 murid (57.6%). KESIMPULAN Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor keturunan dengan kelainan refraksi
B ACKGROUND Refraction disorder such as miopia is still one of the most frequent cause of blindness in the world. WHO stated that there are 45 million blind people around the world an 135 million of people with low vision. Refraction disorder is considered as the cause of blindness of 8 million people (18% of global blindness). The total number of blind children in the world is still unknown, it is expected that there are about 1,4 million of blind children in the world with 500 new cases each year. Most children died few months after acquiring blindness. The cause of blindness vary in each nation. Based on the data from WHO in 2004, the prevalence of refractory disorder is 0,97% (12,8 million people) in 10-17 years old children. This became the base of this research about the correlation between hereditary factor and the incidence of refractory disorder in SHS student. METHOD This research is an analytical research with observational study design with 91 students of grade 2 science class form SHS 107 East Jakarta. Data is collected by intervewing and using questionairres including gender, refractory disorder hereditary factor, long usage of glasses, regular use of glasses (watching tv, reading books, doing activities), reading position, length of eye activity when watching tv or reading books. Measuring the scale of refractory disorder is done by using snellen chart by refractionist. Data is analysed uding SPSS for Windows version 17.0 with significant level 0.05.RESULTCorrelation analysis concluded that there is significant correlation between hereditary factor and refractory disorder. (p<=0.05). It also showed that there is 66 schoolgirl (72%), which is more frequent in having refractory disorder than schoolboy. From the cases, mild refractory disorder happened in 88 srudents (81.8%) which is more than moderate and severe refractory disorder cases. Students who watch tv about 2-3 hours each day having the greatest percentage which is 37 students (37.4%). Students who read book 1 until 2 hours also more dominant with 57 students (57.6%). CONCLUSION This research concluded that there is a significant relation between hereditary factor and refractory disorder.