Penentuan lokasi pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Jakarta Timur hingga tahun 2030
P ertumbuhan penduduk yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun khususnya di wilayah Jakarta Timur telah menimbulkan peningkatan permintaan terhadap kebutuhan akan tempat tinggal atau perumahan di perkotaan. Tingginya kebutuhan perumahan dan terbatasnya ketersediaan lab.an perumahan di Jakarta Timur membuat masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) tidak mampu mendapatkan lab.an yang legal di pusat kota, sehingga mengakibatkan timbulnya permukiman liar.Mengingat perumahan merupakan hak bagi semua masyarakat maka perlu peran stakeholder perumahan dalam meningkatkan upaya pembangunan rumah khususnya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Jakarta Timur. Oleh karena itu dalam penelitian ini aspek yang dikaji meliputi kebutuhan perumahan, kebutuhan lahan, altematif lokasi dan arahan pembangunan rumah susun sewa (rusunawa) bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Jakarta Timur hingga tahun 2030.Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa kebutuhan rumah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Jakarta Timur untuk proyeksi tahun2030 adalah sebesar 109.852 unit, dengan kebutuhan lahan 549 Ha dan 1,099 tower dengan kapasitas 439.406 jiwa, Altematif lokasi pembangunan rumah susun terdiri dari 24 lokasi yang tersebar di Kecamatan Cakung, Kecamatan Duren Sawit, dan Kecamatan Keramat Jati. Dan terpilihlah 8 lokasi sebagai arahan pembangunan rumah susun bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Jakarta Timur hingga Tahun 2030 yaitu lokasi 4 dan 5 di Kelurahan Pulogadung, Kecamatan Cakung; lokasi 8, dan 9 di Kelurahan Klender, Kecamatan Duren Sawit; . lokasi 12 dan l3 di Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit dan lokasi 15 clan 16 di Kelurahaii~-Malakasari, Kecamatan Duren Sawit; dengan total wilayah sebesar 571,016 Ha dengan kapasitas penduduk 456.813 jiwa dan 286 tower.
P opulation growth tends to increase from year to year, especially in East Jakarta has led to increased demand for the need for shelter or housing in urban areas. High demand for housing and limited availability of land for housing in East Jakarta to make low-income communities (MBR) are not able to get a legal land in the city center, thus resulting in the emergence of informal squatter.Given the housing is a right for all communities it is necessary to enhance the role of stakeholders in the residential home building efforts, especially low• income communities (MBR) in East Jakarta Therefore in this study that examined aspects include the need for housing, land requirements, alternate landing location and construction of rental flats (Rusunawa) for low-income communities (MBR) in East Jakarta until 2030.Based on the analysis results can be seen that the housing needs of low•income communities (MBR) in East Jakarta for the projected year 2030 amounted to 109,852 units, with 549 hectares ofland needs and 1.099 tower with a capacity of 439,406 inhabitants. Alternative location of the apartment building consists of24 scattered locations in the Kecamatan Cakung, Kecamatan Duren Sawit, and Kecamatan Keramat Jati. And elected eight locations as landing an apartment building for low-income communities (MBR) in East Jakarta until the year 2030 ie locations 4 and 5 in the Kelurahan Pulogadung, Kecamatan Cakung; location 8, and 9 in the Kelurahan Klender, Kecamatan Duren Sawit; locations 12 and 13 in the Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit and location 15 and 16 in the Kelurahan Malakasari, Kecamatan Duren Sawit; with a total area of 571.016 hectares with a capacity of 456.813 residents and 286 souls tower