P T. Bakrie Pipe Industries merupakan perusahaan yang memproduksi pipa baja di Indonesia. Data historis menunjukan bahwa persentase keterlambatan pengiriman produk tertinggi terjadi pada bulan Maret sebesar 28%. Pokok permasalahan adalah PT. Bakrie Pipe Industries belum melakukan integrasi dalam supply chain, sehingga tidak dapat memonitoring kegiatan - kegiatan supply chain secara menyeluruh. Oleh karena itu, perusahaan memerlukan suatu model yang dapat menganalisa, mengevaluasi dan mengukur kinerja supply chain. Pengukuran kinerja supply chain menggunakan model Supply Chain Operation Reference (SCOR) level 1 yang dilihat dari 5 perspektif yaitu Supply Chain Reliability, Supply Chain Responsiveness, Supply Chain Flexibility, Supply Chain Cost dan Supply Chain Asset dan dirancang dengan 12 metrik pengukuran. Dari hasil pengukuran yang menggunakan Model SCORcards level 1, menghasilkan nilai SCOR tertinggi yaitu sebesar 4 pada perspektif supply chain reliability, dan supply chain responsiveness, sedangkan nilai SCOR terendah pada perspektif supply chain asset yaitu sebesar 1.20. Berdasarkan Best In Class, total pengukuran kinerja supppy chain perusah menghasilkan nilai SCOR sebesar 2.79 yang menunjukkan bahwa dalam menjalankan kegiatan supply chain perusahaan mendapatkan penilaian kinerja yang cukup baik, namun perlu adanya evaluasi dan perbaikan pada perspektif yang masih memiliki nilai SCOR terendah, yaitu supply chain assets khususnya pada metrik to cash to cash cycle time yaitu dengan melakukan manajemen piutang menggunakan sistem database. Level 2 merupakan konfigurasi dari proses - proses dalam rantai pasok. Pengkategorian proses perencanaan (planning) yang dilakukan perusahaan termasuk dalam kategori proses perencanaan secara keseluruhan dari awal proses perencanaan supply chain sampai proses sampai proses pengembalian (return). Pengkategorian proses sumber (source) di perusahaan tergolong dalam kategori S2 yaitu source make to order product. Proses pengkategorian (make) di perusahaan tergolong dalam kategori M2 yaitu Make to order product. Pengkategorian proses pengiriman (deliver) di perusahaan tergolong dalam kategori D2 yaitu Deliver make to order product. Pengkategorian proses pengembalian (return) yang dilakukan perusahaan termasuk dalam kategori Source Return R1 yaitu Return Defective Product. Proses perencanaan dalam rantai pasok dari perencanaan sampai pengembalian telah sesuai dengan kriteria perusahaan.