Evaluasi interval perforasi menggunakan analysis petrofisik dan data produksi sumur WATERFLOOD blok A1-A2 lapangan rantau.
L apangan Rantau merupakan lapangan tua yang mulai diproduksikan pada tahun 1929 dengan TD 632 m dan Qoi 856 BOPD. Lapangan ini terdiri dari 575 sumur dengan lebih dari 53 total zona produksi. Salah satunya adalah zona 600 (Z-600), dengan puncak produksi primary 5,174 BOPD pada bulan November 1970. Zona 600 ini dibedakan lagi kedalam 4 Blok utama, yaitu Blok A (A1-A2), B (B1-B2), C (C1-C2), dan D (D1-D4). Pada Blok A yakni Blok A1 dan A2 produksi menurun secara tajam dikarenakan terjadinya water coning dan/atau channeling. Dengan permasalahan produksi tersebut, dilakukanlah perencanaan reperforasi yang baru dengan pendekatan analisis petrofisik dan analisis data produksi. Dengan analisis petrofisik akan diketahui zona-zona air yang merupakan top dari water level zona water coning dan/atau channeling. Ditunjang lagi dengan analisis data produksi yang memperkuat analisis petrofisik. Dengan demikian, dapat ditentukan interval perforasi yang baru dengan harapan air tidak ikut terproduksikan lagi ke permukaan.
R antau Field is an old oil field, which first operation started back in 1929 with 632 meters total depth and 856 bopd initial oil rate. This field includes 575 wells with more than 53 total of production zones. One of them is zone 600 (Z-600), with its peak of primary production 5,174 bopd in the late November 1970. The zone 600 is distinguished into 4 main blocks, which are Block A (A1-A2), B (B1-B2), C (C1-C2), and D (D1-D4). In Block A, which are Block A1 and A2, there is a sharp decline in production caused by water coning and/or channeling. With that problem, a re-perforation is planned with the approach of petro-physical analysis and data production analysis. Using petro-physical analysis water zones which is the top water level of water zone coning and or channeling will be acknowledged. Moreover with the data production analysis which strengthen the petro-physical analysis. Thus, the new perforation interval could be measured, with the prospects of water would no longer be produced to surface.