Kinerja surfaktan mes kelapa sawit terhadap minyak 41 °api dalam meningkatkan perolehan minyak
E ksplorasi minyak bumi Indonesia yang berkepanjangan menyebabkan tingkat produksi terus mengalami penurunan. Dalam industri perminyakan telah dikembangkan teknologi untuk memanipulasi sifat fisik dan kimia suatu reservoir disebut dengan Enhanced Oil Recovery (EOR). Salah satu metode EOR yang digunakan adalah Chemical Flooding dengan menggunakan bahan surfaktan. Surfaktan digunakan karena memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan antarmuka atau interfacial tension (IFT) antara air dengan minyak pada pori batuan reservoir sehingga minyak residu dapat terproduksikan. Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah surfaktan anionik Metil Ester Sulfonat (MES) berbahan dasar kelapa sawit. Penelitian ini dilakukan dalam skala eksperimen laboratorium dengan analisis kinerja surfaktan MES kelapa sawit pada batuan sandstone. Dalam penelitian ini konsentrasi surfaktan MES kelapa sawit yang digunakan yaitu 0,5%, 0,75%, 1%, 1,25%, 1,5%, 1,75%, dan 2% dengan salinitas larutan brine adalah 8.000 ppm pada suhu 60 °C. Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan selama penelitian ini meliputi uji densitas, uji kompatibilitas, uji kelakuan fasa (phase behavior), uji IFT, serta uji core flooding untuk mengamati pengaruh konsentrasi surfaktan dan salinitas brine terhadap kinerja surfaktan dalam proses EOR. Uji densitas dilakukan untuk mengetahui nilai densitas dari larutan brine dan larutan surfaktan dengan varian konsentrasi berbeda, alat yang digunakan adalah densitometer DMA-4100. Pada pengujian kelakuan fasa dimana larutan surfaktan dicampur dengan minyak dengan perbandingan yang sama dan dimasukkan ke dalam oven dengan temperatur 60 °C selama 21 hari. Selama periode tersebut, diamati jumlah emulsi yang terbentuk dan penurunannya pada interval waktu 0 jam, 0,5 jam, 1 jam, 2 jam, 24 jam, 48 jam, 168 jam, 336 jam, dan 504 jam. Hasil yang diharapkan dari pengujian ini adalah terbentuknya emulsi fasa tengah yang stabil, kemudian dipilih larutan terbaik untuk dilanjutkan ke uji IFT. Pengujian IFT dilakukan menggunakan alat spinning drop tensiometer. Selanjutnya, uji core flooding dilakukan untuk menentukan seberapa efektif injeksi surfaktan MES kelapa sawit dalam meningkatkan perolehan minyak. Dari hasil uji yang dilakukan dipilih larutan surfaktan MES kelapa sawit paling baik yaitu larutan konsentrasi 1,25% dengan minyak 41 °API yang membentuk emulsi fasa tengah stabil sebesar 8,75% dan hasil IFT yang terukur sebesar 0,246 dyne/cm, sedangkan pada pengukuran larutan brine tanpa surfaktan dengan minyak 41 °API sebesar 12,43 dyne/cm. Hasil dari core flooding menunjukkan recovery factor saat water flood adalah sebesar 45% dan setelah chemical flooding 10%. Dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa surfaktan MES kelapa sawit dapat membentuk emulsi fasa tengah, menurunkan tegangan antar muka, dan meningkatkan recovery factor untuk sistim minyak 41 °API.
I ndonesia\\\'s prolonged petroleum exploration has caused production levels to continue to decline. In the petroleum industry, technology has been developed to manipulate the physical and chemical properties of a reservoir, which is called Enhanced Oil Recovery (EOR). One of the EOR methods used is Chemical Flooding using surfactant materials. Surfactants are used because they have the ability to reduce interfacial tension (IFT) between air and oil in reservoir rock pores so that oil residue can be produced. The chemical used in this research is the anionic surfactant Methyl Ester Sulfonate (MES) made from palm oil. This research was carried out on a laboratory experimental scale by analyzing the performance of palm oil MES surfactants on sandstone rocks. In this research, the palm oil MES surfactant concentrations used were 0,5%, 0,75%, 1%, 1,25%, 1,5%, 1,75%, and 2% with the salinity of the brine solution being 8,000 ppm at a temperature of 60 °C. There are several stages carried out during this research including density test, compatibility test, phase behavior test, IFT test and core flooding test to observe the effect of surfactant concentration and brine salinity on surfactant performance in the EOR process. The density test was carried out to determine the density value of the brine solution and variants of surfactant solutions with different concentrations. The instrument used was a DMA-4100 densitometer. In the phase behavior test, the surfactant solution was mixed with oil in the same ratio and placed in an oven at a temperature of 60 °C for 21 days. During this period, the amount of emulsion formed and its decrease was observed at time intervals of 0 hours, 0.5 hours, 1 hour, 2 hours, 24 hours, 48 hours, 168 hours, 336 hours and 504 hours. The expected result of this test is the formation of a stable middle phase emulsion, then the best solution is selected to proceed to the IFT test. IFT testing was carried out using a spinning drop tensiometer. Next, a core flooding test was carried out to determine how effective palm oil MES surfactant injection was in increasing oil recovery. From the results of the tests carried out, the best palm oil MES surfactant solution was selected, namely a solution of 1,25% concentration with 41 ° API oil which formed a stable middle phase emulsion of 8,75% and the measured IFT result was 0.246 dyne/cm, whereas in the measurement of the brine solution without surfactant with 41 °API oil of 12,43 dyne/cm. The results of core flooding show that the recovery factor during a water flood is 45% and after chemical flooding it is 10%. It can be concluded from this research that palm oil MES surfactant can form a middle phase emulsion, reduce interfacial tension, and increase the recovery factor for a 41 °API oil system.