K ulit berfungsi melindungi permukaan tubuh dari jejas saat beraktivitas. Penyakit kulit akibat kerja menyumbang sekitar 50% dari seluruh penyakit yang diderita pekerja. Aktivitas mencuci dengan sabun yang iritatif menyebabkan kulit menjadi kering dan gatal yang bila kronis menimbulkan penurunan kualitas hidup. Penelitian terdahulu menilai gangguan kulit akibat penggunaan sabun yang dikaitkan dengan dermatitis kontak, tidak spesifik mengenai kulit kering. Penelitian ini bertujuan menilai hubungan penggunaan sabun pencuci pakaian dan keparahan kulit kering pada perempuan usia dewasa.METODEPenelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dengan subjek perempuan dewasa dengan masalah kulit kering pada Puskesmas Kecamatan Cariu berjumlah 116 responden, dipilih secara consecutive non random sampling. Data yang dikumpulkan berupa karakteristik subyek (pekerjaan, pendidikan terakhir, riwayat penyakit kulit, frekuensi dan durasi mencuci pakaian) sedangkan penilaian kondisi kulit menggunakan kuesioner Visual Assesment Of Skin Dryness. Data dianalisis dengan program SPSS versi 27 menggunakan uji Chi-Square dengan nilai kemaknaan p<0.05.HASILSubjek perempuan berprofesi sebagai ibu rumah tangga sebanyak 66.4%, dengan pendidikan terakhir SMP sebanyak 37.1%. Frekuensi mencuci 1x sebanyak 88,8%, total durasi mencuci ≥ 30menit sebanyak 85,3%. Responden dengan frekuensi mencuci 1x perhari dengan kondisi kulit tidak kering sebanyak 47,4% sedangkan frekuensi mencuci 2x perhari dengan kondisi kulit kering 4,3%. Hasil uji Chi-square menilai hubungan frekuensi mencuci dan total durasi mencuci dengan kulit kering didapatkan p=0,579 dan p=0,145.KESIMPULANTidak terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi dan durasi mencuci pakaian dengan sabun bubuk dengan keparahan kulit kering pada perempuan usia dewasa.