Pemodelan air limpasan dan perencanaan sistem penyaliran di PT XYZ
P enambangan terbuka di PT XYZ menggunakan metode open cast sehingga diperlukan sistem penyaliran yang baik untuk mengendalikan air yang masuk ke area penambangan. Sebagai data penunjang penambangan nikel dan upaya meminimalkan potensi air limpasan pada saat terjadi hujan ekstrem, diperlukan kajian terhadap sistem penyaliran di PT XYZ terutama kajian dimensi cekdam yang harus sesuai dengan Keputusan Menteri Energi dan Sumber daya Mineral Republik Indonesia Nomor 1827K/30/MEM/2018 terkait fasilitas pengendapan atau cekdam memiliki kapasitas sekurang-kurangnya 1,25 kali volume air tambang pada curah hujan tertinggi selama 84 jam dan kajian saat kondisi hujan ekstrem periode ulang 6 tahun. Kajian sistem penyaliran dilakukan dengan melakukan pemodelan air limpasan 2D menggunakan Software HEC-RAS, menganalisis kapasitas tampung cekdam sesuai Kepmen ESDM dan saat kondisi hujan ekstrem. Dengan Software HEC-RAS dapat menampilkan luas genangan air limpasan untuk 2D, kecepatan aliran, tinggi muka air air limpasan, dan elevasi air limpasan. Hasil model masing-masing cekdam dari debit puncak yang diketahui, pada kondisi 84 jam diperoleh volume untuk Cekdam Latumbi sebesar 159.000 m3, Cekdam Pesohua sebesar 647.700 m3, dan Cekdam Tonggoni sebesar 178.500 m3. Sedangkan volume untuk kondisi ekstrem periode ulang 6 tahun diperoleh untuk Cekdam Latumbi sebesar 133.900 m3, Cekdam Pesohua sebesar 543.600 m3, dan Cekdam Tonggoni sebesar 150.400 m3. Kapasitas ketiga cekdam tersebut juga tidak memenuhi persyaratan Kepmen ESDM. Kebutuhan kapasitas tambahan yang direkomendasikan dari Cekdam Latumbi, Cekdam Pesouha, dan Cekdam Tonggoni sebesar 40,34%, 98.07%, dan 20.11% dari kapasitas cekdam aktual. Serta tiga lokasi cekdam PT XYZ tidak cukup untuk menampung debit air limpasan ditunjukkan dengan sebaran air limpasan yang meluap. Sehingga perlu dibuat rekomendasi dimensi saluran terbuka dalam mengatasi genangan air akibat dari air limpasan pada spot tertentu.
O pen pit mining at PT XYZ uses the open cast method so a good drainage system is needed to control water entering the mining area. As supporting data for nickel mining and efforts to minimize the potential for runoff when extreme rain occurs, a study of the drainage system at PT XYZ is needed, especially the study of Cekdam dimensions which must comply with the Decree of the Minister of Energy and Mineral Resources of the Republic of Indonesia Number 1827K/30/MEM/2018 related to sedimentation or Cekdam facilities having a capacity of at least 1.25 times the volume of mine water at the highest rainfall for 84 hours and studies during extreme rain conditions with a return period of 6 years. Study of the drainage system was carried out by modeling 2D runoff water using the HEC-RAS Software, analyzing the Cekdam capacity according to the Decree of the Minister of Energy and Mineral Resources and during extreme rain conditions. With the HEC-RAS Software, it can display the area of the inundated runoff water for 2D, flow velocity, runoff water level, and runoff water elevation. The model results for each Cekdam from a known peak discharge, in 84-hour conditions, the volume for the Latumbi Cekdam is 159,000 m3, the Pesohua Cekdam is 647,700 m3, and the Tonggoni Cekdam is 178,500 m3. While the volume for extreme conditions with a return period of 6 years was obtained for the Latumbi Cekdam of 133,900 m3, the Pesohua Cekdam of 543,600 m3, and the Tonggoni Cekdam of 150,400 m3. The capacities of the three Cekdams also do not meet the requirements of the Ministry of Energy and Mineral Resources. The recommended additional capacity requirements of the Latumbi Cekdam, Pesouha Cekdam, and Tonggoni Cekdam are 40.34%, 98.07% and 20.11% of the actual Cekdam capacity. Also, the three PT XYZ Cekdam locations were not sufficient to accommodate runoff water discharge as indicated by the distribution of overflowing runoff water. So it is necessary to make recommendations on the dimensions of open channels in overcoming stagnant water due to runoff at certain spots.