1. |
Halaman judul |
|
2. |
Penatalaksanaan abses spasium maksilofasial akibat infeksi odontogenik yang disertai sepsis pada penderita diabetes mellitus |
|
3. |
Evaluation of extracorporeal fixating of three months neglected malunion mandibular condyle fracture |
|
4. |
Tantangan diagnosis erythema multiforme pada ulserasi rongga mulut berulang yang merupakan manifestasi awal behcet disease |
|
5. |
Hubungan antara kapasitas bufer saliva dengan indeks karies pada anak usia 12 -15 tahun |
|
6. |
Penatalaksanaan sebuah kasus herpes associated erythema multiforme yang jarang terjadi pada anak |
|
7. |
Management of comminuted fractures of maxilla, le fort II, parasymphiseal and condyle with angulus wire traction |
|
8. |
Managing sub-gingival fracture by multidisciplinary approach |
|
9. |
Uji daya hambat ekstrak propolis lokal terhadap bakteri streptococcus mutans |
|
10. |
Penatalaksanaan abses aplikasi kronis satu kali kunjungan |
|
11. |
Maintaining occlusion and vertical dimension in edentulous patient with segmental resection of mandible for ameloblastoma |
|
12. |
Teknik perawatan ulang tanpa pembedahan pada kasus kelebihan bahan pengisi saluran akar |
|
13. |
Kerjasama interdisiplin pada perawatan lesi oral untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan lupus eritematosus sistemik |
|
14. |
Profil lesi mulut akibat infeksi herpes simplex virus (Hsv) tipe 1 |
|
15. |
The forgotten infection cases : leprosy oral manifestations and its problem |
|
16. |
Reduksi terbuka dan fiksasi internal pada fraktur parasimfisis mandibula komplit dengan displacement menggunakan anestesi lokal |
|
17. |
Penatalaksanaan fraktur panfasial pada anak usia 12 tahun |
|
18. |
Management of delayed panfacial fractures by using lateral maxillary block osteotomy technique |
|
19. |
Tantangan dalam diagnosis dan penatalaksanaan odontalgia atipikal |
|
20. |
Application of PCR-RFLP method for mutation analysis of TGFB3 T>A and MSX1 G817 genes inpatients non syndromic cleft lip/palate (NS CL/P) |
|
21. |
The effectiveness of probiotic yogurt drinks in reducing the number of streptococcus mutans in dental plaque of children aged 12-14 years |
|
22. |
Oral and dental care in childhood leukimia |
|
23. |
Perawatan pada periodontitis yang dipicu elastik ortodonsi |
|
24. |
Terapi resesi miller kelas III dengan kombinasi subepithelial connective tissue graft (SCGT) dan coronally advanced flap (CAF) |
|
25. |
Electrosurgery sebagai pendekatan minimal invasif dalam bedah periodontal |
|
26. |
Pertimbangan biologic width dalam crown lengthening bedah |
|
27. |
Sindrom gigi retak - tata laksana perawatan terkait lesi endo-perio |
|
28. |
A review of tissue engineering in periodontal regeneration |
|
29. |
Penatalaksanaan flabby ridge pada combination syndrome |
|
30. |
Indikasi relining gigi tiruan lengkap yang longgar |
|
31. |
Hubungan antara intensitas sel radang dengan proliferasi sel epitel dan ekspresi gen Ki-67+ |
|
32. |
Efektivitas ekstrak daun sirih merah terhadap pertumbuhan streptococcus a-haemolyticus pasca pencabutan gigi molar ketiga mandibula |
|
33. |
Pengaruh ekstrak aloe vera terhadap pertumbuhan bakteri streptococcus a-haemolyticus dari soket hasil pencabutan molar ketiga mandibula |
|
34. |
Hubungan antara waktu erupsi gigi insisivus sulung sentral maksila dan keparahan nursing caries kajian pada anak berumur 2 sampai 3 tahun di Puskesmas daerah Grogol |
|
35. |
Perbedaan keparahan early childhood caries pada anak minum ASI dengan anak minum susu botol kajian pada anak usia 1-3 tahun di Puskesmas Kecamatan Grogol-Jakarta Barat |
|
36. |
Pengaruh edukasi menggunakan KIKA (Kartu Indikator Karies Anak) terhadap pengetahuan dan perilaku ibu tentang pencegahan karies gigi sulung |
|
37. |
Efek anti-bakteri madu terhadap pertumbuhan bakteri rongga mulut streptococcus mutans dan staphylococcus aureus |
|
38. |
Separated instrument, ultrasonic tips, non-surgical root canal retreatment |
|
39. |
Perawatan endodontik pada gigi insisivus dua kiri atas diikuti dengan bleaching intrakorona dan restorasi komposit |
|
40. |
Keberhasilan perawatan endodontik pada gigi molar kedua maksila dengan saluran akar distobukal bentuk S |
|
41. |
Penatalaksanaan fraktur mahkota dan fraktur akar gigi insisivus sentral maksila |
|
42. |
Perawatan endodontik pada molar pertama mandibula dengan radiks entomolaris |
|
43. |
Penatalaksanaan tindakan bedah endodontik pada gigi molar bawah dengan karies ekstensif akar mesial |
|
44. |
Apeksifikasi dengan mineral trioxide aggregate (MTA) dan intracoronal bleaching gigi insisivus sentral kiri maksila |
|
45. |
Perbandingan pelepasan monomer antara heat cured akrilik termoplastik dan self cured akrilik termoplastik |
|
46. |
Restorasi minimal invasif gigi posterior dengan restorasi indirek |
|
47. |
Ekstrusi debri ke periapeks antara preparasi saluran akar menggunakan gerakan rotasi kontinyu dan resiprokal |
|
48. |
Cone beam computed tomography in endodontics |
|
49. |
Restorasi resin komposit kelas IV disertai penggunaan teknik mock-up indirek pada gigi insisivus maksila |
|
50. |
Perawatan saluran akar pada gigi molar pertama kanan mandibula dengan periodontitis apikalis simptomatik |
|
51. |
Teknik minimal invasive untuk merestorasi diastema dengan resin komposit menggunakan silicon index pada gigi anterior |
|
52. |
Perawatan ulang endodontik gigi insisivus sentral kanan maksila dilanjutkan dengan intrakoronal bleaching dan restorasi akhir dengan tumpatan resin komposit |
|
53. |
Perbedaan dimensi lengkung gigi dan rasio bolton antara ras Austromelanesid dan Deutromalayid |
|
54. |
Perbedaan proporsi populasi lactobactillus reuteri pada saliva dan plak subyek karies, gingivitis, dan sehat |
|
55. |
Oral manifestation and dental management of acute leukimia |
|
56. |
Pengaruh pasta gigi berbahan herbal terhadap jumlah neutrofil dalam cairan celah gusi penderita periodontitis kronis |
|
57. |
Oral liken planus atau reaksi oral likenoid? penekanan diagnosis berdasarkan aspke klinis |
|
58. |
Apa yang sebaiknya dilakukan dokter gigi dalam menghadapi pasien life threatening disease? |
|
59. |
Pemanfaatan buah sikaduduak (melastoma malabathricum) sebagai disclosing solution untuk deteksi plak gigi |
|
60. |
The influence of malocclusion on the degree and location of toothwear |
|
61. |
Pemilihan obat herbal untuk infeksi jamur rongga mulut |
|
62. |
Corrected item-total correlation kuesioner persepsi mahasiswa terhadap kemampuan mengajar keterampilan klinik |
|
63. |
The levels of adenoid hypertropy based on ages and its correlation with types of malocclusion |
|
64. |
Mengenal dampak antimikrobial perawatan saluran akar |
|
65. |
Penerapan manajemen Green Dentistry pada praktek dokter gigi |
|
66. |
Factors related to orthodontic treatment need in children aged between 12 -14 years old at Grogol Petamburan District |
|
67. |
Penggunaan antibiotik sistemik pada perawatan kasus periodontitis agresif |
|
68. |
Karakteristik gambaran cervical burnout pada radiograf intraoral |
|
69. |
Penggunaan condylar head add-on pada reaksi mandibular parsial kasus ameloblastoma dengan disartikulasi TMJ |
|
70. |
Pemanfaatan kitosan dari cangkang udang sebagai anti bakteri alami |
|
71. |
The use of platelet-rich plasma in preventing alveolar osteitis at mandibular molar exctraction site |
|
72. |
Odontektomi pada pasien hemophillia B |
|
73. |
Terapi modulasi host: sebagai salah satu terapi periodental |
|
74. |
Pengaruh jenis dan lama penyikatan terhadap kekasaran permukaan semen iononer kaca |
|
75. |
Efek ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan biofilm streptococcus mutans dan porphyromonas gingivalis |
|
76. |
Pengaruh susu kefir terhadap pembentukan biofilm streptococcus mutans dan aggregatibacter actinomycetemcomitans secara in vitro |
|