Evaluasi penggunaan kaporit untuk penghilangan warna air sumur dalam
A Adanya senyawa humus dalam air dapat menyebabkan berbagai masalah, yaitu, menghasilkan warna air dari kuning sampai coklat, dapat bertindak sebagai prekusor trihalometan dan senyawa organik klorin yang bersifat toksik yang dihasilkan selama proses klorinasi, senyawa humus mempunyai potensi untuk tempat pertumbuhan bakteri, senyawa humus dapat membentuk kompleks dengan logam berat yang ada di air. Oleh karena adanya potensi yang besar sebagai sumber air baku untuk air bersih, maka perlu dilakukan pengolahan. Pada penelitian ini digunakan sampel air dari tiga sumber yang berbeda-beda. Dengan menggunakan kaporit dan klorin dioksida sampel air diuji dilaboratorium untuk dietahui sisa klor yang yang terdapat pada sampel air, namun sisa klor yang terdapat pada sampel air belum memenuhi standard baku mutu yaitu 0,2 mg/L Cl2. Nilai kandungan organik yang terdapat pada masing-masing sampel air juga berbeda-beda. Hasil yang didapat antara penambahan kaporit dan klorin dioksida, bahwa penggunaan kaporit pada analisis kandungan nilai organik masih lebih baik dalam penggunaan kaporit. Pada sampel air Puri Indah nilai organik yang turun mencapai 88,55%, Taman Palem Mutiara 60,24%, Taman Palem Lestari 14,39%. Pada pengukuran warna dengan menggunakan kaporit dan klorin dioksida, tingkat penurunan warna lebih jelas terlihat pada sampel air yang menggunaka kaorit. Sampel air dari Puri Indah tingkat penurunan warna mencapai 81,84%, Taman Palem Mutiara 81,54%, Taman Palem lestari 81,97%. Pada pengukuran sampel dengan menggunakan Gas Chromatograhpy (GC), penggunaan klorin dioksida lebih baik dibandingkan kaporit, hal ini dapat dilihat dari spectrum kromatogram yang muncul. Semakin banyak puncak yang muncul, maka diduga semakin banyak juga senyawa organik klorin yang terdapat pada sampel tersebut.
T The existence of humus compounds in water can cause various problems, namely, produce water color from yellow to brown, can act as prekusor trihalometan and organic compounds that are toxic chlorine produced during the chlorination processes, humus compounds have the potential to place the growth of bacteria, humus compounds can form complexes with heavy metals in the water. Therefore there is great potential as a source of raw water to clean water, it needs to be processed. In this study, water samples from three different sources. By using chlorine and chlorine dioxide water samples were laboratory tested for known residual chlorine contained in water samples, but the residual chlorine contained in water samples do not meet quality standards for the 0.2 mg / L Cl2. The value of organic content contained on each water sample were also different. The results of the addition of chlorine and chlorine dioxide, that the use of chlorine on the analysis of organic content is still better value in the use of chlorine. In water samples Puri Indah organic value down to reach 88.55%, 60.24% Taman Palem Mutiara, Taman Palem Lestari 14.39%. In color measurement by using chlorine and chlorine dioxide, the rate of decline in colors more clearly seen in water samples that make use of chlorine. Puri Indah Water samples from the color reduction rate reached 81.84%, 81.54% Taman Palem Mutiara, Taman Palem 81.97% sustainable. In the sample measurement using Chromatograhpy Gas (GC), the use of chlorine dioxide is better than chlorine, it can be seen from the chromatogram spectrum that appears. More and more peaks appear, then more and more are also suspected of organic chlorine compounds contained in the sample.