Perencanaan teknis operasional pengelolaan sampah berbasis 3R di Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi
K Kecamatan Setu merupakan salah satu dari 23 kecamatan yang ada di Kabupaten Bekasi dengan luas wilayah 5.475 Ha, dengan jumlah penduduk pada tahun 2018 sebesar 144.662 jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk setiap tahunnya berdampak pada peningkatan volume timbulan sampah. Volume timbulan sampah yang meningkat setiap tahunnya tidak diikuti dengan sarana dan prasarana pengelolaan sampah di Kecamatan Setu. Tingkat pelayanan di Kecamatan Setu masih sangat rendah yaitu 4%. Selain tingkat pelayanan yang masih rendah, masyarakat Kecamatan Setu belum melakukan upaya penanganan sampah dengan baik. Hal ini terlihat dari sebagian besar masyarakat masih membuang sampah di halaman rumah atau di sungai. Pola pengumpulan dan pengangkutan sampah pada kondisi eksisting hanya menggunakan pola individual langsung. Alat angkut yang digunakan berupa Dump Truck berkapasitas 6 m3 dan gerobak motor berkapasitas 2 m3. Oleh karena itu direncanakan pengelolaan sampah berbasis 3R. Metode pegambilan dan pengukuran timbulan dan komposisi sampah mengacu pada SNI 19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah. Berdasarkan hasil sampling yang telah dilakukan diketahui bahwa laju timbulan sampah Kecamatan Setu sebesar 2,31 L/Orang/Hari dengan komposisi sampah organik sebesar 61,31% dan sampah non organik sebesar 38,69%. Perencanaan pengelolaan sampah dibagi kedalam 3 tahap yaitu jangka pendek (2019-2021), jangka menengah (2022-2026) dan jangka panjang (2027-2038). Dalam perencanaan teknis operasional pengelolaan sampah di Kecamatan Setu diberikan 2 alternatif pengelolaan sampah. Alternatif 1 dan 2 memiliki perbedaan pada pola pengumpulan sampah yang berdampak pada perbedaan biaya investasi dan biaya operasional. Berdasarkan pertimbangan biaya, alternatif terpilih adalah alternatif 1 karena biaya investasi dan operasional yang lebih rendah dibandingkan alternatif 2. Pola pengumpulan yang digunakan pada alternatif 1 adalah pola pengumpulan individual langsung, individual tidak langsung dan komunal langsung.
S Setu Subdistrict is one of 23 sub-districts in Bekasi Regency with an area of 5,475 Ha, with a population in 2018 of 144,662 inhabitants. The increasing number of population each year has an impact on increasing the volume of solid waste generation. The volume of solid waste generation that increases every year is not followed by waste management facilities and infrastructure in Setu District. The level of service in Setu District is still very low at 4%. In addition to the level of service that is still low, the Setu District community has not made any efforts to handle waste properly. This can be seen from the majority of people still throwing garbage in the yard or in the river. The pattern of collecting and transporting waste in existing conditions only uses direct individual patterns. The transportation equipment used is a dump truck with a capacity of 6 m3 and a motorized cart with a capacity of 2 m3. Therefore, 3R-based waste management is planned. The method of harvesting and measurement of waste generation and composition refers to SNI 19-3964-1994 concerning Sampling Methods and Measurement of Samples and Composition of Waste. Based on the results of the sampling that has been done it is known that Setu District waste generation rate is 2.31 L / Person / Day with the composition of organic waste of 61.31% and non-organic waste of 38.69%. Waste management planning is divided into 3 stages: short term (2019- 2021), medium term (2022-2026) and long term (2027-2038). In the operational technical planning of waste management in Setu Subdistrict is given 2 alternative waste management. Alternatives 1 and 2 have differences in waste collection patterns which have an impact on the difference in investment costs and operational costs. Based on cost considerations, the chosen alternative is alternative 1 because the investment and operational costs are lower than the alternative 2. The collection pattern used in alternative 1 is the direct individual, indirect and communal individual collection patterns.