DETAIL KOLEKSI

Analisis kualitas udara ambien partikulat (Pm2,5) dengan low-cost sensor di Jl. M.H. Thamrin, Jakarta Pusat saat pandemi Covid-19

1.5


Oleh : Hamasah Ibrahim Asshalih

Info Katalog

Penerbit : FALTL - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2020

Pembimbing 1 : Hernani Yulinawati

Pembimbing 2 : Lailatus Siami

Subyek : Air - Quality control;Streets - Jakarta

Kata Kunci : ambient air, PM2.5, low-cost sensor, COVID-19 pandemic

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2020_TA_STL_082001600032_Halaman-Judul.pdf
2. 2020_TA_STL_082001600032_Lembar-Pengesahan.pdf
3. 2020_TA_STL_082001600032_Bab-1_Pendahuluan.pdf 4
4. 2020_TA_STL_082001600032_Bab-2_Tinjauan-Pustaka.pdf
5. 2020_TA_STL_082001600032_Bab-3_Metode-Penelitian.pdf
6. 2020_TA_STL_082001600032_Bab-4_Hasil-Dan-Pembahasan.pdf
7. 2020_TA_STL_082001600032_Bab-5_Simpulan-Dan-Saran.pdf
8. 2020_TA_sTL_082001600032_Daftar-Pustaka.pdf
9. 2020_TA_STL_082001600032_Lampiran.pdf

J Jalan M.H. Thamrin (Jl. Thamrin) merupakan jalan utama Jakarta yang juga pusat bisnis. Lalu lintas kendaraan yang melewati Jalan Thamrin akan menghasilkan zat pencemar udara, salah satunya adalah PM2,5 yang berdampak buruk pada kesehatan. Saat terjadi pandemi penyakit coronavirus (COVID-19), pemerintah DKI Jakarta menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk membatasi pergerakan di luar rumah, sehingga membuat jumlah kendaraan yang melintas berkurang. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis konsentrasi PM2,5 sebelum PSBB, PSBB Periode 1, PSBB Periode 2 dan PSBB Transisi di Jl. Thamrin; menganalisis hubungan antara temperatur, kelembaban, arah dan kecepatan angin, jumlah kendaraan bermotor terhadap konsentrasi PM2,5; dan menganalisis konsentrasi PM2,5 menggunakan Indeks Kualitas Udara. Pengukuran PM2,5 dengan low-cost sensor Edimax AirBox yang telah diuji banding dengan alat ukur PM2,5 standar milik BMKG (BAM1020 dan P-Sensor) dan Laboratorium Lingkungan Hidup Daerah Jakarta (Horiba APDA-371). Pengukuran dilakukan selama tiga bulan (6 April-16 Juli 2020) di tiga titik lokasi Jl. Thamrin. Hasil yang diperoleh adalah konsentrasi PM2,5 harian tertinggi 48 μg/m3 (sebelum PSBB), 75 μg/m3 (PSBB Periode 1), 83 μg/m3 (Periode 2) dan 92 μg/m3 (Transisi) semua terjadi di Titik 1 (Halte Bank Indonesia). Konsentrasi PM2,5 saat PSBB Periode 1, Periode 2 dan Transisi melebihi baku mutu 65 μg/m3 menurut Kep.Gub. DKI Jakarta No. 551 Tahun 2001. Namun semua telah melampaui batas 25 μg/m3 dari WHO Air Quality Guidelines Tahun 2005. Hubungan temperatur dan kelembaban terhadap konsentrasi PM2,5 sebelum PSBB, Periode 1, Periode 2 dan Transisi menunjukkan korelasi sangat lemah sampai sedang/cukup hampir di semua titik. Hubungan jumlah kendaraan terhadap konsentrasi PM2,5 sebelum PSBB sangat kuat di Titik 2 (Halte Sarinah), PSBB Periode 1 korelasi kuat di Titik 3 (Halte Bundaran HI), PSBB Periode 2 tidak ada korelasi di Titik 1 dan PSBB Transisi tidak ada korelasi di Titik 2. Arah angin dominan yang mungkin mempengaruhi konsentrasi PM2,5 sebelum PSBB berhembus dari barat ke timur, PSBB Periode 1 dan 2 dari timur ke barat, dan Transisi dari timur laut ke barat daya sedangkan posisi sampling berada di utara. Indeks kualitas udara paling buruk terjadi saat PSBB Periode 1 dan Titik 1 merupakan lokasi dengan kualitas udara paling buruk.

J Jalan M.H. Thamrin (Jl. Thamrin) is Jakarta's main street which is also the business center. Vehicle traffic passing Jl. Thamrin will produce air pollutants, one of which is PM2.5 which has a negative impact on health. During the coronavirus disease (COVID-19) pandemic, the DKI Jakarta government implemented Large-Scale Social Restrictions (PSBB) to limit movement outside the home, thus making road conditions quieter. The research objectives were to analyze the concentration of PM2.5 before PSBB, PSBB Period 1, PSBB Period 2 and PSBB Transition at Jl. Thamrin; analyze the relationship between temperature, humidity, wind direction and speed, the number of motor vehicles to PM2.5 concentration; and analyze PM2.5 concentration using the Air Quality Index. Measurement of PM2.5 uses a low-cost sensor of Edimax AirBox which has been comparatively tested with standard PM2.5 instruments of BMKG (BAM1020 and P-Sensor) and the Jakarta Environmental Laboratory (Horiba APDA-371). Measurements were carried out for three months (6 April-16 July 2020) at three locations on Jl. Thamrin. The results obtained were the highest daily PM2.5 concentration of 48 μg/m3 (before PSBB), 75 μg/m3 (PSBB Period 1), 83 μg/m3 (Period 2) and 92 μg/m3 (Transition) all occurred at Location 1 (Halte Bank Indonesia). PM2.5 concentration when PSBB Period 1, Period 2 and Transition exceeds the quality standard of 65 μg/m3 according to Governor DKI Jakarta Decree No. 551 of 2001. However, all have exceeded the 25 μg/m3 limit of WHO Air Quality Guidelines 2005. The relationship of temperature and humidity to PM2.5 concentrations before PSBB, Period 1, Period 2 and Transition showed a very weak to moderate correlation almost at all locations. The relationship between the number of vehicles and the concentration of PM2.5 before PSBB is very strong at Location 2 (Halte Sarinah), PSBB Period 1 has a strong correlation at Location 3 (Halte Bundaran HI), PSBB Period 2 has no correlation at Location 1 and PSBB Transition has no correlation at Location 2. Dominant wind direction which may affect PM2.5 concentration before PSBB blows from west to east, PSBB Period 1 and 2 from east to west, and Transition from northeast to southwest. The worst air quality index occurred during the PSBB Period 1 and Location 1 was with the worst air quality. It is necessary to make efforts to control PM2.5 from the source.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?