Kajian mengenai tingkat kebisingan lingkungan dan spektrum frekuensi akibat lalu lintas kereta api
S Salah satu moda transportasi darat yang paling digunakan masyarakat terutama Indonesia adalah kereta api. Namun kereta api memiliki kelemahan yang cukup mengganggu aktivitas sehari -hari manusia yaitu kebisingan yang ditimbulkan saat kereta api melintas, hal ini sangat dirasakan sekali bagi msyarakat yang bertempat tinggal di sekitar jalur reltinggal di sekitar jalur rel kereta api. Penelitian ini bertujuan bertujuan untuk mengetahui besaran dampak tingkat kebisingan di areal lintasan kereta api. Lokasi penelitian adalah Desa Tegalyoso, Banyuraden, KOta Yogyakarta dengan 3 titik pengukuran untuk data primer dan Daerah Antabaru, Cisaranteun, Bandung untuk data sekunder. Pengukuran menggunakan alat Portable Noise Monitoring Unit -3655 -A (NMT). Hasil dari pengukuran dan analisis data menunjukkan seluruh seluruh daerah yang berada disekitar perlintasan kereta api memilki nilai tingkat kebisingan siang malam (Lsm) yang sudah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan dalam Kep.Men LH No. 48 tahun 1996 dan secara internasional dengan indikator L dem dan L dm dalam UNited States Environmental Protection Agency (US EPA) dan baku mutu bebrapa kota di Eropa (Jerman, Swedia, Austria). Hal ini juga diperkuat dengan hasilanalisis dengan indikator LNP di dalam US Department of Housing and Urban Development yang menyimpulkan bahwa masyarakat di sekitar perlintasan kereta api menjadi terganggu dan tidak nyaman. Bahwa jumlah keret api memiliki hubungan secara logaritmik dengan nilai kebisingan siang malam (Lsm) hal ini terlihat dari semakin banyak jumlah kereta api yang melintas maka semakin tinggi nilai kebisingan yang dihasiklan dengan besaran koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0,9833 dan persamaan logaritma yang didapat adalah y+ 5,0067 In(x) + 56, 252; yang dapat dijadikan acuan untuk mengetahui kenaikan tingkat kebisingan terhadap jumlah kereta. Sumber utama dari kebisingan lingkungan yang terjadi di areal lintasan kereta api adalah Kereta Api. Sehingga pegendalian yang direkomendasikan adalah menggunakan penghalang kebisingan (noise barrier) buatan dengan material lempengan timah (lead sheets) yang dapat menyerap kebisingan pada frekwensi dominan 125 Hz sehingga kebisingan yang terjadi di areal lintasan kereta api setelah penghalang kebisingan tersebut berada dibawah mutu yang berlaku.
O One of the most land transport modes used mainly in Indonesia is the train. But the train has enough flaws that interfere with human activities everyday, namely noise generated when a train passes, it is felt at all for the people who live around railway lines. This study aims to determine the manignitude of the impact of the noise levl in the area of the railway track. Th research locations are in the village of Tegalyoso, Banyuraden, Yogyakarta with 3 measurement points for the primary data and the Regional Antabaru, Cisaranteun, Bandung for secondary data. Measurement using a Portable Boise Monitoring UNit - 3655 - A (NMT). The results of the measurement and analysis of the data showed the entire area that around railways have a value of noise level " siang malam" (Lsm) already exceed the quality standards set out in Kep. Men No. LH 48 of 1996 internationally and with indicators L dcm dan Ldm in the United States Environmental Protection Agency (US.EPA) standards and several cities in Europe (Germany, Sweden, Austria). This is also reinforced by the results of the analysis with indicators of LNP in the US Department of Housing and Urban Development concluded that communities around the railway track became disturbed abd uncomfortable. The bumber of trains has a logarithmic realtionship with the value of noise level "siang malam" (Lsm), it is evident from the increasing number of trains that pass, the higher the amount of noise that generated by the magnitude of the correlation coefficients obtained for 0.9833 and logarithmic equations obtained is y= 5, 0067 ln(x) + 56, 252 ' which can be used as a reference to determine the noise level increase to the number of trains. The main sources of environmental noise that occurs that should be used is a noise barriers with artificial material lead shetts that can absorb the noise on the dominant frequency of 125 Hz so that the noise that occurs in the area of railway track after using the noise barrier became reduce until below the quality standards.