DETAIL KOLEKSI

Perencanaan simpul Wisata Marunda (Marunda tourism - Nodes Planning)


Oleh : Erwin Patrisa Floris

Info Katalog

Penerbit : FALTL - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 1999

Pembimbing 1 : Endang

Pembimbing 2 : H.Haryadi

Subyek : Recreation - Designs and plans

Kata Kunci : cultural sites, conservation, tourism, panggung house of si pitung

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 1999_TA_SAL_08194026_Halaman-Judul.pdf
2. 1999_TA_SAL_08194026_Lembar-Pengesahan.pdf
3. 1999_TA_SAL_08194026_Bab-1_Pendahuluan.pdf
4. 1999_TA_SAL_08194026_Bab-2_Studi-Kepustakaan,-Studi-Banding....pdf
5. 1999_TA_SAL_08194026_Bab-3_Pembahasan.pdf
6. 1999_TA_SAL_08194026_Bab-4_Program-Pengembangan.pdf
7. 1999_TA_SAL_08194026_Bab-5_Konsep-Perencanaan-Lansekap.pdf
8. 1999_TA_SAL_08194026_Bab-6_Rencana-Lansekap.pdf
9. 1999_TA_SAL_08194026_Daftar-Pustaka.pdf
10. 1999_TA_SAL_08194026_Lampiran.pdf

D Dengan aset wisata budaya dan sejarah berupa Rumah Panggung si Pitung, Mesjid Al Alam Marunda dan komunitas asli Betawi Pesisir menjadikan Marunda berpotensi sebagai daerah wisata. Letaknya yang berada di pinggir pantai dan dilintasi Sungai Blencong, Marunda memiliki masalah seperti: erosi, sedimentasi, abrasi dan intrusi air laut Oleh karena itu perlu adanya usaha-usaha konservasi dalam bentuk perencanaan simpul wisata Marunda dengan tujuan dan sasaran untuk melestarikan, melindungi dan memanfaatkan secara lestari kawasan.Secara garis besar kawasan memiliki daya dukung yang kecil, sehingga penggunaan ataupun pengembangan lahan harus tetap mempertahankan faktor ekologis. Pada bagian tepian sungai dan pantai sesuai diperuntukkan sebagai sub kawasan lindung, pada bagian pemukiman dan situs budaya diperuntukkan sebagai sub kawasan pelestarian dan pada lahan terbuka dan sebagian tambak rakyat diperuntukkan sebagai sub kawasan pemanfaatan. Namun ada beberapa permasalahan yang timbul dalam perencanaan, antara lain letak area yang akan dihijaukan sebagian merupakan kawasan permukiman penduduk, kurangnya vegetasi sebagai pengontrol iklim di kawasan, peralihan guna lahan yang tidak sesuai dan lain sebagainya.Sejalan dengan kebijakan Pemda DKI Jakarta maka kawasan dibagi menjadi 3 (tiga) sub kawasan, yaitu: sub kawasan preservasi (wisata taman dan suka), sub kawasan konservasi (sebagian wisma taman dan industri) dan sub kawasan pemanfaatan (karya industri).Pengembangan kawasan berlandaskan pada konsep utama perencanaan yaitu mengadakan usaha konservasi terhadap lingkungan fisik maupun non fisik. Oleh karena itu dalam tata ruang terbuka, gubahan ruang terbuka, penghijauan, sistem jaringan transportasi dan infrastruktur haruslah memasukkan usaha konservasi sebagai kunvi pemecahan masalah.Kawasan direncanakan memiliki fungsi yang menunjang satu sama lain. Seperti, pada sub kawasan preservasi ditunjang oleh fungsi sub kawasan konservasi dan sebagainya. Pengembangan rencana dan rancangan masing-masing sub kawasan haruslah memperhatikan standar-standar kebijakan dari yang berwenang dan batas-batas serta adaptibilitas terhadap pengaruh lingkungan untuk 1 (satu) tahun, 5 (lima) tahun atau bahkan 10 (sepuluh) tahun yang akan datang.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?