Pemanfaatan biji trembesi (samanea saman) sebagai biokoagulan pada pengolahan limbah cair tempe (studi kasus: Industri Tempe Semanan, Jakarta Barat)
K Kawasan Semanan merupakan pusat kegiatan industri tempe. Limbah cair tempe mengandung bahan organik, TSS, dan kekeruhan yang tinggi sehingga berpotensi mencemari perairan jika dibuang secara langsung. Salah satu pengolahan limbah cair adalah melalui proses koagulasi-flokulasi dan sedimentasi. Penggunaan koagulan alami lebih ramah lingkungan, mudah ditemukan, dan harganya terjangkau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan biji trembesi sebagai biokoagulan dalam mengolah limbah cair tempe supaya aman jika dibuang ke lingkungan dan pemanfaatan efluen cair sebagai pupuk organik cair dalam mendorong pembangunan berkelanjutan. Penelitian skala laboratorium dengan variasi dosis 0, 10, 20, 30, 50, 70, 100, 500, 600, dan 700 mg/L, volume sampel 500 mL, volume larutan biokoagulan 125 mL, kecepatan koagulasi 200 rpm dengan variasi waktu pengadukan cepat 1, 2, dan 3 menit, dan kecepatan flokulasi 80 rpm dengan variasi waktu pengadukan lambat 15, 30, dan 45 menit. Hasil penelitian menunjukkan dosis biokoagulan optimum 500 mg/L mampu menyisihkan kekeruhan sebesar 63%. Waktu pengadukan cepat optimum 2 menit dan waktu pengadukan lambat optimum 30 menit. Konsentrasi BOD turun sebesar 78% menjadi 273 mg/L. Konsentrasi COD turun sebesar 40% menjadi 3.840 mg/L. Konsentrasi TSS turun sebesar 66% menjadi 205 mg/L. Pada reaktor volume sampel 20 L, volume larutan biokoagulan 5 L, kecepatan koagulasi 100 rpm selama 1 menit dan flokulasi 40 rpm selama 10 menit. Persentase penyisihan BOD, COD, TSS, dan kekeruhan secara berturut-turut sebesar 68%, 35%, 58%, dan 70%. Parameter BOD, COD, dan TSS belum memenuhi baku mutu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014. Efluen cair hasil pengolahan reaktor belum dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair.
T The Semanan area is the center of tempeh industry activities. Tempeh liquid waste contains organic matter, TSS, and high turbidity so it has the potential to pollute the waters if disposed of directly. One of the liquid waste treatments is through coagulation-flocculation and sedimentation processes. The use of natural coagulants is more environmentally friendly, easy to find, and affordable. This study aims to determine the effectiveness of the use of trembesi seeds as biocoagulants in processing tempeh liquid waste so that it is safe if discharged into the environment and the use of liquid effluent as liquid organic fertilizer in encouraging sustainable development. Laboratory-scale studies with dose variations of 0, 10, 20, 30, 50, 70, 100, 500, 600, and 700 mg/L, sample volume500 mL, biocoagulant solution volume 125 mL, coagulation speed 200 rpm with fast stirring time variations of 1, 2, and 3 minutes, and flocculation speed 80 rpm with slow stirring time variations of 15, 30, and 45 minutes. The results showed that the optimum biocoagulant dose of 500 mg / L was able to set aside turbidity by63%. The optimum fast stirring time is 2 minutes and the optimum slow stirring time is 30 minutes. BOD concentration decreased by 78% to 273 mg/L. COD concentration decreased by 40% to 3,840 mg/L. TSS concentration decreased by 66% to 205 mg/L. In reactor sample volume 20 L, biocoagulant solution volume 5L, coagulation speed 100 rpm for 1 minute and flocculation 40 rpm for 10 min. The percentage of allowance for BOD, COD, TSS, and turbidity is 68%, 35%, 58%, and 70%, respectively. BOD, COD, and TSS parameters have not met the quality standards of the Minister of Environment Regulation Number 5 of 2014. The liquid effluent from reactor processing cannot be used as liquid organic fertilizer.