P Peningkatan kasus kekerasan berbasis gender di Indonesia dari 226.062 kasus pada 2020 menjadi 339.782 kasus pada 2022 menunjukkan permasalahan yang belum terselesaikan. Pengaduan ke Komnas Perempuan juga naik, dari 4.322 kasus pada 2021 menjadi 4.372 kasus pada 2022, dengan 2.098 kasus di ranah personal dan 1.276 kasus di ranah publik. Hal ini memunculkan persepsi bahwa pelaku kekerasan sering kali berasal dari kelompok usia muda dan berpendidikan rendah. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan usia dan tingkat pendidikan pelaku dengan jenis kekerasan berbasis gender pada perempuan.METODEPenelitian ini merupakan penelitian analitik observatif dengan desain cross-sectional yang dilakukan pada Agustus-November 2024 dengan data sekunder dari CATAHU 2023, melibatkan 1.484 data usia pelaku dan 1.574 data tingkat pendidikan pelaku. Analisis dilakukan menggunakan uji Chi-Square dengan nilai p < 0,05.HASILKekerasan berbasis gender paling banyak dilakukan oleh pelaku berusia dewasa sebesar 56,2% dengan 50,7% di ranah personal dan 5,4% di ranah publik. Pelaku kekerasan berbasis gender didominasi oleh pelaku dengan latar belakang pendidikan menengah sebesar 57,4% dengan 50,4% di ranah personal dan 6,9% di ranah publik. Usia pelaku berhubungan dengan jenis kekerasan berbasis gender (p = 0.002). Tingkat pendidikan pelaku tidak berhubungan dengan jenis kekerasan berbasis gender (p = 1.117).KESIMPULANTerdapat hubungan yang bermakna antara usia pelaku dengan jenis kekerasan berbasis gender pada perempua. Tidak terdapat hubungan yang bermaka antara tingkat pendidikan pelaku dengan jenis kekerasan berbasis gender.