Rancangan kebijakan persediaan spare part untuk mengatasi shortage di Perum Damri Sbu Transjakarta Busway Koridor I & VIII
P Perum DAMRI (SBU) Transjakarta Busway adalah salah satu perusahaan yangmenjadi operator dalam pelayanan bus Transjakarta di koridor I & VIII. Dalam menunjangkegiatan operasionalnya, perusahaan diharuskan selalu melakukan proses perawatan dan pemeliharaan dari bus-bus yang digunakan. Proses perawatan dan pemeliharaan yang belum tepat dapat menyebabkan bus tidak dapat beroperasi untuk melayani penumpang. Pada kondisi saat ini, perusahaan sering mengalami keterlambatan penyelesaian proses perawatan dan pemeliharaan dikarenakan kurangnya spare part yang disediakan di gudang. Hal tersebut dapat dikarenakan kebijakan persediaan spare part yang dilakukan perusahaan pada saat ini belum tepat. Dalam kapasitasnya sebagai perusahaan penyedia transportasi publik, keterlambatan harus dihindari karna akan mengganggu berjalannya proses operasional perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis metode kebijakan persediaan yang optimal untuk setiap klasifikasi spare part. Tahapan awal dari penelitian ini adalah menentukan klasifikasi dari spare part yang disimpan menggunakan pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP) yang mengklasifikasikan tingkat kepentingan kritis spare part berdasarkan kriteria tingkat kritis persediaan, harga, dan frekuensi kebutuhan. Kemudian dilakukan perhitungan model kebijakan persediaan sesuai dengan hasil dari klasifikasi yang telah dilakukan. Untuk klasifikasi A akan digunakan model kebijakan persediaan (s, S) system continuous review, kemudian untuk klasifikasi B akan digunakan model kebijakan persediaan (s, Q) system continuous review, dan untuk klasifikasi C akan digunakan model kebijakan persediaan (R, s, S) system periodic review. Hasil perhitungan model kebijakan yang diusulkan menghasilkan nilai total biaya persediaan sebesar Rp 1,429,795,209.18 dimana biaya ini lebih murah dibandingkan total biaya persediaan perusahaan saat ini yang sebesar Rp 1,488,514,037.26. Kebijakan persediaan yang diusulkan pada penelitian ini juga didukung oleh perancangan sistem informasi aplikatif yang dapat digunakan perusahaan untuk membantu dalam melakukan pemesanan spare part.
D DAMRI Strategic Business Unit Transjakarta Busway is a company which operate the Transjakarta bus in corridor 1 and 8. In doing its operations, company has been forced to do the most efficient yet cost effective in maintaining the bus it operated. As a provider of public transport transport services, the accuracy of the maintenance process of buses which operate is very instrumental in determining the success of the company as a service provider. A less than optimal maintenance process can lead to an unoperating buses toserve passengers. In company’s current condition, it often experience delays in the completion of the maintenance process due to lack of spare parts provided in the warehouse. That condition can occurs because inventory policy that applied in the company is not right. In its capacity as a public transport provider company, it must avoid any lateness because it can lead to company’s operational disruption. This study aimed to analyze the methods of optimal inventory policy for each classification of spare parts. The initial stages of this study is to determine the classification of spare parts stored using the approach of Analytical Hierarchy Process (AHP) which classifies the level of importance of critical spare parts inventory based on criteria of critical level of supply, price, andfrequency. The next stage is to calculate the inventory policy model in accordance with theresults of the classification has been done. (s, S) system continuous review inventory policy will be used for the A classification of spares, then (s, Q) system continuous review inventory policy will be used for the B classification of spares, and finally (R, s, S) system periodic review inventory policy will be used for the C classification of spares. The resultsof calculation models proposed policies generate total value of the inventory cost of Rp 1,429,795,209.18 which is less than the company expense on inventory cost of Rp1,488,514,037.26. The inventory policy proposed in this research also supported by designing an information system that can used to assist the company for ordering spare part.