DETAIL KOLEKSI

Analisis putusan mahkamah konstitusi nomor 143/puu-xxi/2023 yang menciptakan norma baru


Oleh : Rana Sayyidah Nabilah

Info Katalog

Penerbit : FH - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2025

Pembimbing 1 : Yogo Pamungkas

Kata Kunci : constitutional court, positive legislator, new norm

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2025_SK_SHK_010002000497_Halaman-Judul.pdf
2. 2025_SK_SHK_010002000497_Surat-Pernyataan-Revisi-Terakhir.pdf 1
3. 2025_SK_SHK_010002000497_Surat-Hasil-Similaritas.pdf 1
4. 2025_SK_SHK_010002000497_Halaman-Pernyataan-Persetujuan-Publikasi-Tugas-Akhir-untuk-Kepentingan-Akademis.pdf 1
5. 2025_SK_SHK_010002000497_Lembar-Pengesahan.pdf 1
6. 2025_SK_SHK_010002000497_Pernyataan-Orisinalitas.pdf 1
7. 2025_SK_SHK_010002000497_Formulir-Persetujuan-Publikasi-Karya-Ilmiah.pdf 1
8. 2025_SK_SHK_010002000497_Bab-1.pdf 21
9. 2025_SK_SHK_010002000497_Bab-2.pdf
10. 2025_SK_SHK_010002000497_Bab-3.pdf
11. 2025_SK_SHK_010002000497_Bab-4.pdf
12. 2025_SK_SHK_010002000497_Bab-5.pdf 2
13. 2025_SK_SHK_010002000497_Daftar-Pustaka.pdf
14. 2025_SK_SHK_010002000497_Lampiran.pdf

M Mahkamah Konstitusi dalam pengujian materiil dapat berupa diterima, ditolak, atau tidak dapat diterima. Selain itu, Mahkamah Konstitusi juga dapat menyatakan inkonstitusional bersyarat, yang artinya undang-undang harus dimaknai suatu syarat tertentu. Namun, Mahkamah Konstitusi terkadang justru menambahkan norma baru dalam putusan, bukan memaknai suatu norma. Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah apakah pertimbangan Hakim Mahkamah Konstitusi dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 143/PUU-XXI/2023 dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 143/PUU-XXI/2023 yang menambahkan norma baru pada peraturan perundang-undangan sudah sesuai dengan Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 2 Tahun 2021 tentang Tata Beracara dalam Perkara Pengujian Undang-Undang. Metode Penelitian yang penulis gunakan adalah metode penulisan hukum normatif, sifat penulisan deskriptif, jenis data menggunakan data sekunder dengan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier, serta pengambilan kesimpulan dilakukan dengan logika deduktif. Hasil penelitian adalah pertimbangan Majelis Hakim Konstitusi pada Perkara Nomor 143/PUU-XXI/2023, telah mempertimbangkan untuk merumuskan suatu norma baru. Kemudian Amar pada Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 143/PUU-XXI/2023 bukan sekadar merupakan penambahan norma baru dalam undang-undang. Hal ini tentu tidak sesuai ketentuan dalam hukum acara Mahkamah Konstitusi sebagaimana diatur pada Pasal 73 ayat (3) dan (4) PMK 2/2021.

T The Constitutional Court, in material judicial review, can accept, reject, or declare the case inadmissible. Additionally, the Constitutional Court may declare a law conditionally unconstitutional, meaning that the law must be interpreted under certain conditions. However, the Constitutional Court sometimes adds a new norm in its decision, rather than interpreting an existing norm. The problem formulation in this thesis is whether the considerations of the Constitutional Court Judges in Decision Number 143/PUU-XXI/2023, and Decision Number 143/PUU-XXI/2023, which added a new norm to the legislation, align with the Constitutional Court Regulation Number 2 of 2021 regarding Procedural Rules in Legislative Review Cases. The research method used is normative legal writing, descriptive in nature, with secondary data consisting of primary legal materials, secondary legal materials, and tertiary legal materials, and conclusions drawn through deductive reasoning. The research results show that the Constitutional Court Judges in Case Number 143/PUU-XXI/2023 considered formulating a new norm. Furthermore, the ruling in Decision Number 143/PUU-XXI/2023 is not just an addition of a new norm to the law. This, of course, does not align with the procedural rules of the Constitutional Court as stipulated in Article 73, paragraphs (3) and (4) of PMK 2/2021.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?