Perbandingan penggunaan consent decree terhadap penyalahgunaan posisi dominan dalam regulasi persaingan usaha di indonesia dan amerika serikat
Penerbit : FH - Usakti
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2025
Pembimbing 1 : Anna Maria Tri Anggraini
Kata Kunci : Consent Decree, behavioral Remedies, Dominant Potition, KPPU, Competitive Law
Status Posting : Published
Status : Lengkap
| No. | Nama File | Hal. | Link |
|---|---|---|---|
| 1. | 2025_SK_SHK_010002100337_Halaman-Judul.pdf | 9 | |
| 2. | 2025_SK_SHK_010002100337_Surat-Pernyataan-Revisi-Terakhir.pdf | 1 | |
| 3. | 2025_SK_SHK_010002100337_Surat-Hasil-Similaritas.pdf | 1 | |
| 4. | 2025_SK_SHK_010002100337_Halaman-Pernyataan-Persetujuan-Publikasi-Tugas-Akhir-untuk-Kepentingan-Akademis.pdf | 1 | |
| 5. | 2025_SK_SHK_010002100337_Lembar-Pengesahan.pdf | 1 | |
| 6. | 2025_SK_SHK_010002100337_Pernyataan-Orisinalitas.pdf | 1 | |
| 7. | 2025_SK_SHK_010002100337_Formulir-Persetujuan-Publikasi-Karya-Ilmiah.pdf | 1 | |
| 8. | 2025_SK_SHK_010002100337_Bab-1.pdf | 21 | |
| 9. | 2025_SK_SHK_010002100337_Bab-2.pdf | 34 |
|
| 10. | 2025_SK_SHK_010002100337_Bab-3.pdf |
|
|
| 11. | 2025_SK_SHK_010002100337_Bab-4.pdf |
|
|
| 12. | 2025_SK_SHK_010002100337_Bab-5.pdf | 5 | |
| 13. | 2025_SK_SHK_010002100337_Daftar-Pustaka.pdf | 5 | |
| 14. | 2025_SK_SHK_010002100337_Lampiran.pdf |
|
P Perbandingan penggunaan consent decree terhadap penyalahgunaan posisi dominan dalam regulasi persaingan usaha di indonesia dan amerika serikat. rumusan masalah penelitian ini adalah pada penggunaan mekanisme consent decree, serta peran lembaga pengawas persaingan di masing-masing negara. penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan pendekatan deskriptif. sumber data yang digunakan terdiri atas bahan hukum primer (peraturan perundang-undangan), sekunder (literatur, jurnal, laporan kasus), serta tersier (kamus hukum dan ensiklopedia). pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan, kemudian dianalisis secara kualitatif dengan penarikan kesimpulan menggunakan metode deduktif. hasil penelitian menunjukkan bahwa di amerika serikat, consent decree diatur tunney act dan dilakukan melalui kesepakatan antara pelaku usaha dengan lembaga pengawas seperti doj dan ftc, tanpa memerlukan pengakuan kesalahan dari pelaku. sebaliknya, di indonesia, meskipun istilah consent decree diterapkan melalui mekanisme perubahan perilaku berdasarkan pasal 36 dan 47 uu no. 5 tahun 1999 dan peraturan kppu no. 2 tahun 2023, yang mewajibkan pengakuan pelanggaran sebagai syarat. perbedaan dalam keterlibatan pengadilan, transparansi, dan pengakuan kesalahan menggambarkan sistem hukum masing-masing negara. oleh karena itu, perlunya memperkuat mekanisme pengaturan di indonesia untuk menghindari kejadian yang sama terulang kembali, dan memberikan efek jera terhadap pelanggaran hukum persaingan usaha.
A A comparative study on the use of consent decree in addressing abuse of dominant position under competition law in indonesia and the united states. the research problem of this study centers on the use of the consent decree mechanism and the role of competition authorities in each country. this research employs a normative juridical method with a descriptive approach. the data sources consist of primary legal materials (laws and regulations), secondary materials (literature, journals, case reports), and tertiary materials (legal dictionaries and encyclopedias). data collection was conducted through literature study, then analyzed qualitatively with conclusions drawn using a deductive method. the research findings show that in the united states, the use of consent decrees is regulated under the tunney act and implemented through agreements between business actors and competition authorities such as the doj and ftc, without requiring an admission of wrongdoing from the parties involved. conversely, in indonesia, although the concept of a consent decree is implemented through the behavioral change mechanism based on articles 36 and 47 of law no. 5 of 1999 and kppu regulation no. 2 of 2023, it requires an admission of violation as a prerequisite. differences in terms of judicial involvement, transparency, and admission of guilt reflect the legal systems of each country. therefore, it is necessary to strengthen the regulatory mechanism in indonesia to prevent the recurrence of similar violations and to ensure a deterrent effect against breaches of competition law.