Pengaruh tanah berpotensi likuefaksi terhadap perancangan fondasi tiang pancang (studi kasus: Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta)
S Salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia adalah gempa bumi. Hal ini dikarenakan Indonesia terletak di antara empat lempeng dunia, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Filipina, lempeng Pasifik, dan lempeng Indo-Australia. Gempa bumi dapat menyebabkan keruntuhan pada struktur bawah akibat hilangnya stabilitas tanah, hal ini dikarenakan adanya likuefaksi akibat gempa bumi. Likuefaksi adalah peristiwa dimana tanah kehilangan kekuatan akibat getaran, dan tanah terpengaruh likuefaksi akan memiliki dampak dalam perancangan fondasi tiang pancang. Dalam hal ini, Kulon Progo menjadi lokasi tinjauan mengenai analisis potensi likuefaksi, dengan menggunakan data Standard Penetration Test (SPT). Untuk mengetahui potensi likuefaksi diperlukan nilai acuan, yaitu FS (safety factor). Nilai FS ini didapatkan dengan cara membagi antara nilai Cyclic Resistance Ratio (CRR) dengan nilai Cyclic Stress Ratio (CSR) dari hasil pembagian tersebut apabila nilai FS<1, maka tanah berpotensi likuefaksi. Tanah yang terpengaruh likuefaksi akan kehilangan nilai friksi selimut pada tiang (Qs) hal ini sudah tercantum pada SNI Geoteknik 8470:2017, dimana nilai friksi selimut (Qs) pada tanah likuefaksi harus diabaikan pada perhitungan daya dukung aksial dan tarik pada fondasi. Nilai lateral pada tiang akan terpengaruh oleh likuefaksi dikarenakan tanah pasir akan kehilangan kekuatan gesernya, sehingga analisis lateral mengacu pada aturan Japanese Road Association (JRA). Besaran defleksi pada kepala tiang juga akan terpengaruh akibat tanah likuefaksi, dan untuk mencari besaran defleksi pada kepala tiang dibantu dengan aplikasi LPile.
O One of the natural disasters that often occur in Indonesia is an earthquake. This is because Indonesia is located between four world plates, namely the Eurasian plate, the Philippine plate, the Pacific plate, and the Indo-Australian plate. Earthquakes can cause collapse of the substructure due to loss of soil stability, this is due to liquefaction due to earthquakes. Liquefaction is an event where the soil loses strength due to vibration, and the soil affected by liquefaction will have an impact on the design of the pile foundation. In this case, Kulon Progo is the location for a review of the analysis of the potential for liquefaction, using Standard Penetration Test (SPT) data. To determine the potential for liquefaction, a reference value is needed, namely FS (safety factor). This FS value is obtained by dividing the value of Cyclic Resistance Ratio (CRR) with the value of Cyclic Stress Ratio (CSR) from the results of the division, if the value of FS <1, then the soil has the potential to liquefy. Soil that is affected by liquefaction will lose the blanket friction value on the pile (Qs) this is already stated in SNI Geotechnical 8470:2017, where the blanket friction value (Qs) on liquefied soil must be ignored in the calculation of the axial and tensile bearing capacity on the foundation. The lateral value of the pile will be affected by liquefaction because the sandy soil will lose its shear strength, so the lateral analysis refers to the rules of the Japanese Road Association (JRA). The amount of deflection at the head of the pile will also be affected due to liquefaction soil, and to find the amount of deflection at the head of the pile assisted by the LPile application.