Analisis nilai segitiga tweed pada ras deutro melayu usia 7 – 10 tahun (kajian pada pasien RSGMP FKG Usakti) (Laporan Penelitian)
P Periode gigi campur adalah masa yang sangat tepat untuk penggunaan pirantiortodonti lepasan agar menghasilkan oklusi yang seimbang serta estetik yangbaik. Agar tercapai hasil akhir yang maksimal, diperlukan diagnosis, rencanaperawatan, serta prognosis yang tepat. Analisis Tweed memiliki metode yangsederhana dan efisien dalam menentukan diagnosis, rencana perawatan, sertaprognosis dalam perawatan ortodonti. Penggunaan segitiga dalam analisis Tweedterdiri dari 3 sudut yaitu Frankfurt Mandibular Angle (FMA), FrankfurtMandibular Incisor Angle (FMIA), dan Incisor Mandibular Plane Angle (IMPA).Penelitian ini dilakukan pada ras Deutro Melayu karena sebagian besar orangIndonesia terdiri dari ras Deutro Melayu. Tujuan dari penelitian ini untukmengetahui nilai rata – rata segitiga Tweed pada pasien ras Deutro Melayu yangberusia 7 – 10 tahun di RSGMP FKG Usakti. Penelitian ini merupakan penelitianobservasional dengan rancangan potong lintang yang dilakukan pada 53 sampelsefalogram di RSGMP FKG Usakti. Sefalogram didapat dengan metodepurposive sampling. Data yang didapat dianalisis dengan program SPSS versi23.0 untuk mengetahui nilai rata – rata sampel. Hasil penelitian didapatkan nilaisudut FMA sebesar 27.14° ± 5.92°, rata – rata nilai sudut FMIA adalah 58.26° ±6.61°, dan nilai sudut IMPA yang memiliki rata - rata 94.64° ± 5.35°.
M Mixed dentition stage is the optimum time for removable orthodontics treatmentthat can help the development of balance occlusion and good aesthetics. Correctdiagnosis, treatment plan, and prognosis are needed to achieve the best result.Tweed analysis is a simple and efficient method for diagnosis, treatment plan, andprognosis in orthodontics treatment. The analysis is using a triangle whichconsists of Frankfurt Mandibular Angle (FMA), Frankfurt Mandibulan IncisorAngle (FMIA), and Incisor Mandibular Plane Angle (IMPA). The Deutero Malayrace makes up a large proportion of the Indonesian population. This study aims todetermine Tweed Triangle parameters amongst 7 – 10-years-old patients of theDeutro Melayu race in RSGMP FKG Usakti. The observational study involvedcross-sectional design conducted on 53 samples of sefalogram in RSGMP FKGUsakti. Sefalogram was picked purposively. The data analyzed using a SPSSprogram version 23.0, the mean values for FMA, FMIA and IMPA weredetermined to be 27.14° ± 5.92°, 58.26° ± 6.61° and 94.64° ± 5.35° respectively.