Pengkajian emisi kebisingan kendaraan bermotor secara statis dan dinamis
B Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa institusi pemerintah, antara lain pusarpedal (dari tahun 1994 sampai dengan 1997), kebisingan lalu lintas merupakan kebisingan yang paing dominan. Kebisingan sangat mempengaruhi kenyamanan manusia bahkana pendengaran manusia. Oleh karena itu perlu dilakukan adanya usaha pengendalian kebisingan selain menggunakan penghalang (barrier), perlu adanya upaya pengendalian kebisingan yang berasal dari sumbernya (kendaraan bermotor) dengan menggunakan ISO 5130, ISO 7188 maupun usaha-usaha lainnya. Diharapkan dengan adanya usaha pengendalian kebisingan lingkungan tersebut, lingkungan akan terasa lebih nyaman.Kebisingan lalu lintas adalah bunyi yang tidak diinginkan yang berasal dari kendaraan bermotor, dimana pola kebisingan tersebut sangat berpengaruh oleh volume, komposisi, dan kecepatam lalu lintas kendaraan. Penelitian ini menggunakan sumber uji kendaraan bermotor yang dibagi menjadi empat kelompok, yaitu: motor, mobil perkotaan (city car), mobil sedan dan mobil niaga.Pengukuran emisi kebisingan kendaraan bermotor dilakukan dikawasan sekitar Pusarpedal, Puspitek, Serpong. Pengukuran emisi kebisingan kendaraan bermotor secara statis dan dinamis dibatasi dengan menggunakan jenis kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar mesin.Putaran mesin (RPM) pada pengukuran emisi kebisingan secara statis sangat berpengaruh, yaitu (umumnya) apabila RPM semakin besar maka frekuensi yang dominan adalah frekuensi tinggi. Sedangkan pada pengukuran emisi kebisingan kendaraan bermotor secara dinamis berlaku sebaliknya, yaitu apabila keceptan kendaraan bermotor semakin tinggi maka frekuensi yang dihasilkan akan semakin rendah nilainya (umumnya frekuensi yang dominan adalah frekuensi yang rendah) seperti yang terlihat pada motor uji astrea supra-x (a), mobil perkotaan uji suzuki karimun dan mobil sedan uji toyota great corolla. Pada mobil uji kijang super, kemiringan (slope) yang terkecil terdapat pada frekuensi 125 Hz dengan nilai m sebesar 1.23 pada pengukuran emisi kebisingan pada knalpot secara statis.Dari hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain hubungan antara level suara (dB(A)) terhadap kenaikan RPM mesin untuk semua jenis kendaraan bermotor, mesin mobil perkotaan (city car) uji suzuki karimun mempunyai kemiringan (slope)yang paling kecil yaitu 3.44. untuk hubungan antara level terhadap RPM knalpot semua jenis kendaraan bermotor, knalpot mobil seda uji KIA Timor S 515 mempunyai kemiringan (slope) yang paling kecil yaitu, 3.28. sedangkan hubungan antara level suara (dB(A)) terhadapt kecepatan (Km/Jam) dengan pngukuran dinamis pada 5 (lima) frekuensi terhadapt 4 kelompok kendaraan bermotor dapat diketahui bahwa mobil sedan uji toyota great corolla pada 8 KHz mempunyai kemiringan (slope=m) yang paling baik dengan nilai 1.12. penelitian in dapat dikembangkan lebih lanjut dengan menggunakan sumber kendaran bermotor dari berbagai macam jenis kendaraan bermotor karena persamaan yang didapat akan lebih sempurna.