Perancangan landmark cultural center dengan pendekatan eco cultural di labuan bajo
L Labuan Bajo tidak terpisahkan dari ciri khas kearifan lokal tersendiri yang perlu dijaga dan dikembangkan menjadi sesuatu yang menarik minat para wisatawan nantinya. Ragam potensi wisata yang ada di Labuan Bajo menjadi daya tarik utama. Untuk mendorong pengembangan pariwisata, perlu dilakukan optimalisasi pembangunan kawasan untuk dijadikannya pusat seni dan budaya yang edukatif sebagai wadah ekspresi sehingga. cultural center merupakan sebuah wadah yang tepat untuk menjaga, melestarikan dan mengenalkan kebudayaan setempat kepada masyarakat luas. Cultural center sebagai sarana edukasi Kebudayaan Labuan Bajo ini terletak di Hutan Bowosie, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang masih kental akan kebudayaannya dan memiliki potensi pariwisata yang tinggi dilihat dari alamnya.Dalam menerapkan model rancangan, digunakannya pendekatan Eco Cultural utnuk menciptakan bangunan yang lebih berkelanjutan dan memeperhatikan aspek Budaya yang juga penting karena berpengaruh pada preferensi dan kebutuhan masyarakat terkait desain bangunan. Bangunan yang mencerminkan nilai-nilai budaya dapat lebih diterima dan berkelanjutan dalam jangka panjang karena sesuai dengan identitas mereka. Eco-cultural bisa menghasilkan bangunan yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga menghormati nilai-nilai dan tradisi budaya lokal, menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi manusia dan alam.Metoda yang dilakukan pada laporan ini adalah metoda analisis untuk merapatkan konsep programatik dengan pertimbangan kajian pustaka seperti teori, peraturan, dan studi preseden dari studi literatur, studi observasi dan studi banding, kemudian menggunakan metode sintesis yang mengacu pada teori perancangan Kathryn H. Anthony dan Robert G. Hershberger untuk merumuskan kriteria perancangan. Kriteria perancangan akan ditransformasikan menjadi sebuah rancangan skematik berupa gambar yang akhirnya akan diterapkan pada pengembangan gambar perancangan.
L Labuan Bajo is inseparable from its own unique characteristics of local wisdom which need to be maintained and developed into something that will attract the interest of tourists in the future. The variety of tourism potential in Labuan Bajo is the main attraction. To encourage tourism development, it is necessary to optimize regional development to make it a center for educational arts and culture as a forum for expression. The cultural center is the right place to maintain, preserve and introduce local culture to the wider community. This cultural center as a means of education for Labuan Bajo Culture is located in the Bowosie Forest, West Manggarai Regency, East Nusa Tenggara Province, which is still strong in culture and has high tourism potential judging from its nature.In implementing the design model, an Eco Cultural approach is used to create more sustainable buildings and pay attention to cultural aspects which are also important because they influence people\\\'s preferences and needs regarding building design. Buildings that reflect cultural values can be more acceptable and sustainable in the long term because they fit their identity. Eco-cultural can produce buildings that are not only environmentally friendly but also respect local cultural values and traditions, creating a better environment for people and nature.The method used in this report is an analytical method to combine programmatic concepts with consideration of literature studies such as theory, regulations, and precedent studies from literature studies, observational studies and comparative studies, then using a synthesis method that refers to design theory by Kathryn H. Anthony and Robert G. Hershberger to formulate design criteria. The design criteria will be transformed into a schematic design in the form of an image which will ultimately be applied to the development of the design drawing.