DETAIL KOLEKSI

Efektivitas penggunaan biji pepaya (Carica papaya l.) sebagai biokoagulan dalam Pengolahan Air Tanah Menggunakan Reaktor Koagulasi, Flokulasi, dan Sedimentasi (Studi Kasus: MCK RW 01, Kota Bambu Selatan, Jakarta Barat)


Oleh : Nadia Amalia Cahyaningrum

Info Katalog

Penerbit : FALTL - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2023

Pembimbing 1 : Winarni

Pembimbing 2 : Riana Ayu Kusumadewi

Subyek : Groundwater - Quality

Kata Kunci : groundwater, papaya seed biocoagulant, PAC (Poly Alumunium Chloride) coagulant, turbidity.

Saat ini file hanya dapat diakses dari perpustakaan.

Status : Lengkap

K Karakteristik air tanah khususnya pada MCK RW 01, Kota Bambu Selatan, Jakarta Barat memiliki kekeruhan dan TDS yang tinggi sehingga tidak aman dikonsumsi sebagai air minum sesuai dengan syarat mutu air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2023 tentang Kesehatan Lingkungan. Konsentrasi kekeruhan dan TDS yang berlebih dapat diatasi dengan proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi. Beberapa studi telah membuktikan bahwa penggunaan koagulan kimiawi dapat memicu penyakit pada tubuh manusia dan memiliki sifat neurotoksisitas. Oleh karena itu diperlukan penelitian penggunaan biokoagulan yang lebih aman dan biodegradable untuk lingkungan dan kesehatan, salah satunya adalah dengan menggunakan biji pepaya sebagai biokoagulan untuk mengolah air tanah. Pada penelitian ini dilakukan variasi ukuran biokoagulan sebesar 50, 100, dan 150 mesh; G.td koagulasi sebesar 17.000, 34.000, 48.000, dan 96.000; G.td flokulasi sebesar 28.000 dan 77.000; dan variasi waktu pengendapan sebesar 1, 1,5, dan 2 jam pada reaktor. Rentang dosis biokoagulan yang digunakan adalah 100 - 500 mg/L dan dosis PAC adalah 5 – 25 mg/L. Kondisi optimum biokoagulan dicapai pada G.td koagulasi, G.td flokulasi, dosis, ukuran optimum, dan waktu pengendapan optimum masing-masing sebesar 48.000, 28.000, 500 mg/L, 150 mesh, dan 2 jam dengan persentase penyisihan kekeruhan, TDS, nitrit, nitrat, besi, dan mangan masing-masing sebesar 97,04%, 65,86%, 96,43%, 100%, 0%, dan 100%. Pengolahan menggunakan PAC lebih baik pada segi hasil pengolahan dibandingkan pengolahan menggunakan biokoagulan biji pepaya dengan persentase penyisihan kekeruhan, TDS, nitrit, nitrat, besi, dan mangan masing-masing sebesar 99,18%, 67,29%, 100%, 100%, 0%, dan 100%. Namun demikian, biaya per liter penggunaan biokoagulan biji pepaya lebih ekonomis, yaitu sebesar Rp253,24 dibandingkan penggunaan koagulan PAC, yaitu sebesar Rp350,18. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan koagulan PAC lebih unggul pada hasil pengolahan dibandingkan biokoagulan biji pepaya, namun dari segi biaya penggunaan biokoagulan biji pepaya lebih ekonomis dibandingkan dengan koagulan PAC.

T The characteristics of groundwater, especially in Bathing, Washing, and Toilet Facilities in RW 01, Kota Bambu Selatan Village, West Jakarta has high turbidity and Total Dissolved Solid (TDS), so it is not safe for consumption as drinking water according to drinking water quality requirements according to Regulation of The Minister of Health of The Republic of Indonesia No. 2 of 2023 Concerning Environmental Health. Physical pollutant parameters such as excessive turbidity and TDS can be overcome by the coagulation, flocculation, sedimentation, and filtration process. However, several studies have proven that the use of chemical coagulants can trigger diseases in the human body and has neurotoxicity. Therefore, some research on the use of biocoagulants are needed which are safer and more biodegradable for the environment and health. One of the ways to do this is to use papaya seeds as a coagulant to treat groundwater. In this study, variations in the size of biocoagulant were 50, 100, and 150 mesh; G.td of coagulation were 17,000, 34,000, 48,000, and 96,000; G.td of flocculation were 28,000 and 77,000; and variations in settling time of 1, 1,5, and 2 hours in the reactor. Range of the dosage of the biocoagulant used were 100 – 500 mg/L and PAC were 4 – 25 mg/L. The optimum biocoagulant conditions were achieved at coagulation G.td, flocculation G.td, dose, size, and optimum settling time of 48.000, 28.000, 500 mg/L, 150 mesh, and 2 hours, respectively with the percentage of turbidity, TDS, nitrite, nitrate, iron, and manganese removal were 97.04%, 65.86%, 96.43%, 100%, 0%, and 100%. Processing using PAC is better in terms of processing results compard to papaya seed biocoagulant with the percentage of turbidity, TDS, nitrite, nitrate, iron, and manganese removal were 99.18%, 67.29%, 100%, 100%, 0%, and 100%. However, the cost per liter of using papay seed biocoagulant is more economical, which is IDR 253.24 compared to using PAC coagulants, which is IDR 350.18. Based on the results of the study it can be concluded that the use of PAC coagulant is superior in processing results compared to papaya seed biocoagulant, but for a cost perspective, the use of papaya seed biocoagulant is more economical than PAC coagulant.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?