DETAIL KOLEKSI

Hubungan kebiasaan konsumsi kafein dengan premenstrual syndrome pada wanita pekerja dewasa muda

2.5


Oleh : Danu Octavio Damatra

Info Katalog

Nomor Panggil : S 747

Penerbit : FK - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2016

Pembimbing 1 : Raditya Wratsangka

Subyek : Premenstrual syndrome - Female employees

Kata Kunci : caffeine, premenstrual syndrome

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2016_TA_KD_03012064_Halaman-judul.pdf
2. 2016_TA_KD_03012064_Bab-1-Pendahuluan.pdf
3. 2016_TA_KD_03012064_Bab-2-Tinjauan-literatur-2.pdf
4. 2016_TA_KD_03012064_Bab-3-Kerangka-konsep.pdf
5. 2016_TA_KD_03012064_Bab-4-Metode.pdf
6. 2016_TA_KD_03012064_Bab-5-Hasil.pdf
7. 2016_TA_KD_03012064_Bab-6-Pembahasan.pdf
8. 2016_TA_KD_03012064_Bab-7-Kesimpulan.pdf
9. 2016_TA_KD_03012064_Daftar-pustaka.pdf
10. 2016_TA_KD_03012064_Lampiran.pdf

S Sebagian besar wanita usia reproduktif mengalami rasa tidak nyaman berupa gejala fisik, kognitif, afektif, dan perilaku yang dinamakan premenstrual syndrome (PMS). Sekitar 20 - 40% wanita mengalami PMS dalam siklus menstruasinya, gejala dimulai pada masa remaja dan paling parah pada usia dewasa muda. Mengurangi konsumsi kafein dinyatakan sebagai salah satu terapi non-farmakologis terhadap PMS. Di Indonesia sendiri tingkat konsumsi kafein terus meningkat setiap tahunnya. Pada wanita pekerja tingkat konsumsi kafein mencapai angka 90% dan PMS dapat berdampak pada produktifitas dalam bekerja. Tujuan penelitian ini untuk menurunkan angka kejadian premenstrual syndrome. Penelitian ini bersifat observational analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilaksanakan secara simple random sampling pada bulan November – Desember 2015 di perusahaan swasta, Jakarta. Jumlah responden yang didapatkan sejumlah 57 orang. Data diperoleh dengan pengisian kuesioner Shortened Premenstrual Assessment Form (SPAF) (r = 0,865) untuk menilai derajat gejala PMS, sedangkan kebiasaan konsumsi kafein dinilai dengan Caffeine Consumption Questionnaire (CCQ). Analisis data menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 21.0 dengan uji statistik Chi-Square. Terdapat hubungan bermakna secara statistik antara kebiasaan konsumsi kafein dengan derajat keparahan PMS pada wanita pekerja usia dewasa muda dengan p = 0,000 (p<0,05). Sebesar 87% wanita dengan konsumsi kafein sedang mengalami PMS sedang sampai berat dan 73,5% wanita dengan konsumsi kafein ringan mengalami PMS ringan. Kebiasaan konsumsi kafein dapat mempengaruhi derajat gejala PMS. Wanita dengan rata-rata konsumsi kafein sedang cenderung mengalami gejala PMS sedang sampai berat. Sedangkan wanita dengan rata-rata konsumsi kafein rendah perharinya cenderung mengalami PMS dengan gejala ringan.

M Most women in reproductive age are probably have been having discomfort feeling in physical, cognitive, affective, and behavior which is named Premenstrual Syndrome (PMS). Around 20 - 40% women experienced PMS in their menstrual cycle, the symptom starts in teen age and the worst happens in young adult. Decreasing caffeine intake declared as one of non-pharmacology therapy for PMS. The level of caffeine intake increases every year in Indonesia. In career woman, caffeine consumption rate reached 90% and PMS can affect productivity in work. This study aims to reduce the incidence of PMS. This research is observational analytic with cross sectional design. Data were collected in November-December 2015 with simple random sampling method for 57 subjects in private company. PMS assessed based on Shortened Premenstrual Assessment Form (SPAF) (r = 0,865) and caffeine consumption assessed based on Caffeine Consumption Questionnaire (CCQ). Collected data were processed by SPSS version 21.0 and analyzed statistically by Chi-Square test. Based on statistic, there is a relationship between caffeine intake and Premenstrual Syndrome level in career woman with p value=0,000 (p<0,05). About 87% of women with moderate level of caffeine consumption experience moderate to severe PMS and 73,5% women with low level of caffeine consumption experience mild PMS. Caffeine consumption habit can affect PMS severity. Women with moderate level of caffeine consumption, tend to experience moderate to severe PMS symptoms. While women with low level of caffeine consumption, mostly experience mild symptoms.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?