M Metode artificial lift adalah teknik yang digunakan dalam produksi minyak dan gas bumi ketika sumur tidak lagi mampu mengalirkan fluida secara alami ke permukaan. Ada berbagai jenis metode artificial lift, salah satu metode artificial lift yang digunakan adalah Electric Submersible Pump (ESP), yang berfungsi untuk meningkatkan produksi dengan mengangkat fluida dari dalam sumur ke permukaan menggunakan pompa listrik yang terendam. Dalam penelitian ini, dilakukan optimasi terhadap pompa ESP yang digunakan pada sumur JT-08 di lapangan \\\"Y\\\" PT. Pertamina Asset 4. Saat ini, sumur JT-08 diproduksi menggunakan ESP dengan spesifikasi pompa IND 440 60Hz/90 stages yang terpasang pada kedalaman 2.040 ft. Namun, produksi rata-rata sumur mengalami penurunan menjadi 297 bfpd dengan nilai water cut yang tinggi sebesar 97% dari produksi sebelumnya yang pernah mencapai 480 bfpd. Oleh karena itu, dilakukan optimasi terhadap pompa ESP guna meningkatkan produksi minyak dari sumur ini. Evaluasi awal terhadap pompa menunjukkan bahwa efisiensi volumetrik pompa hanya sebesar 66%, yang berada di bawah ambang batas efisiensi yang direkomendasikan, yaitu 90%. Hal ini menunjukkan adanya potensi optimasi untuk meningkatkan efisiensi pompa. Dalam penelitian ini, dilakukan perhitungan dengan menggunakan kurva Inflow Performance Relationship (IPR) composite untuk menentukan kapasitas produksi maksimum sumur. Berdasarkan hasil perhitungan, sumur JT-08 memiliki potensi laju alir fluida produksi maksimum sebesar 565 bfpd, yang berarti terdapat peluang peningkatan produksi yang signifikan. Untuk memastikan operasi pompa tetap berada dalam batas aman, asumsi yang digunakan dalam optimasi ini adalah menjaga ketinggian kolom fluida (fluid over pump) di atas pompa sebesar 500 ft serta menjaga jarak pompa 100 ft di atas top perforation. Dengan mempertimbangkan batasan ini dan karakteristik dua fasa dari fluida di dalam sumur, diperoleh target laju alir fluida optimum sebesar 395 bfpd. Optimasi dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu perhitungan manual menggunakan Excel dan simulasi menggunakan software Pipesim. Berdasarkan hasil perhitungan manual, tipe pompa yang direkomendasikan tetap menggunakan IND 440 60Hz, tetapi dengan jumlah stages yang ditingkatkan dari 90 stages menjadi 98 stages. Selain itu, pompa dipasang lebih dalam, yaitu dari kedalaman semula 2040 ft menjadi 2.207 ft, dengan ukuran pompa sebesar 12 HP. Peralatan pendukung yang digunakan termasuk motor tipe 456 series dengan spesifikasi daya sebesar 20 HP, tegangan operasi 450 volt, dan arus listrik 28 A. Selain perhitungan manual, optimasi juga dilakukan dengan simulasi menggunakan software Pipesim. Data-data sumur. Data pompa dan data reservoir diinputkan ke dalam software pipesim untuk melakukan pemodelan sumur JT-08. Namun, karena model pompa IND 440 tidak tersedia dalam library software, maka digunakan model pompa REDA DN 440 yang memiliki rentang aliran fluida yang serupa dengan IND 440, yaitu 100-550 bfpd. Setelah proses matching; dilakukan run software pipesim untuk menentukan jenis pompa ESP untuk menghasilkan laju alir 395 bfpd. Hasil simulasi menunjukkan bahwa untuk mencapai produksi optimum dari sumur JT-08, diperlukan pompa REDA DN 440 60Hz dengan 104 stages, yang juga dipasang pada kedalaman 2.207 ft dengan ukuran pompa 12 HP. Dari hasil optimasi ini, dapat disimpulkan bahwa peningkatan jumlah stages serta penggantian kedalaman pemasangan pompa ESP dapat meningkatkan produksi fluida dari sumur JT-08. Dengan adanya optimasi ini, diharapkan produksi minyak di lapangan \\\"Y\\\" dapat ditingkatkan.