P Periodontitis adalah suatu respon inflamasi terhadap infeksi bakteri, mengakibatkan hilangnya perlekatan dan kerusakan tulang alveolar. Periodontitis agresif disebabkan oleh Aggregatibacter actinomycetemcomitans. Aggregatibacter actinomycetemcomitans diketahui sensitif terhadap antimikroba seperti metronidasol dan tetrasiklin, terutama dalam bentuk gel. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas gel metronidasol dan gel tetrasiklin terhadap pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans (in vitro). Penelitian eksperimental laboratorik dilakukan di laboratorium MICORE, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti. Gel metronidasol 25% diencerkan menjadi 3 konsentrasi: 12,5%,6,25%, dan 3,125%. Gel tetrasiklin 0,7% diencerkan menjadi 3 konsentrasi:0,35%, 0,175%, dan 0,088%. Aggregatibacter actinomycetemcomitans dikultur dalam medium TSA. Masing-masing konsentrasi gel dan akuades sebagai kontrol negatif didistribusikan ke dalam lubang dan diinkubasi selama 3x24 jam. Hasil diameter zona hambat diukur dengan menggunakan jangka sorong. Analisa statistik menggunakan one way ANOVA menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara masing-masing konsentrasi gel (p < 0,05). Namun, tes Post Hoc menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara gel metronidasol 25% dan gel tetrasiklin 0,7%. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan gel metronidasol 25% memiliki kemampuan setara dengan gel tetrasiklin 0,7% dalam menghambat Aggregatibacter actinomycetemcomitans.