DETAIL KOLEKSI

Studi evaluasi emisi gas buang flare kilang minyak I & II dengan parameter CO & H2S terhadap lingkungan sekitar unit pengolahan IV Pertamina Cilacap


Oleh : Yonathan Hedrik

Info Katalog

Penerbit : FALTL - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2002

Pembimbing 1 : E Budirahardjo

Pembimbing 2 : Asih Wijayanti

Subyek : Air pollution

Kata Kunci : flare system, UP IV of Pertamina

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2002_TA_STL_08295066_Halaman-Judul.pdf
2. 2002_TA_STL_08295066_Bab-1.pdf
3. 2002_TA_STL_08295066_Bab-2.pdf
4. 2002_TA_STL_08295066_Bab-3.pdf
5. 2002_TA_STL_08295066_Bab-4.pdf
6. 2002_TA_STL_08295066_Bab-5.pdf
7. 2002_TA_STL_08295066_Daftar-Pustaka.pdf
8. 2002_TA_STL_08295066_Lampiran.pdf

S Semakin berkembangnya ilmu dan teknologi, berkembang pula sektor industri. Salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah masalah yang berkaitan dengan lingkungan, salah satunya ialah masalah pencemaran udara. Pencemaran udara bisa berbentuk partikel, gas, uap dan energi. Oleh sebab itu UP IV Pertamina rnembentuk suatu Sadan Lindungan Lingkungan Keselamatan Kerja (LLKK) yang bertugas untuk menangani hal-hal tersebut.Sistem Flare (Obor) adalah sistem yang digunakan UP IV dalam pencegahan pencemaran udara. Flare adalah cerobong untuk mengeluarkan gas-gas dari unit unit proses sebelum dilepas ke udara gas-gas tersebut dibakar terlebih dahulu di ujung cerobong. Dalam studi evaluasi ini dibahas mengenai kualitas udara di wilayah kelurahan Kutawaru, apakah daerah tersebut terpapar gas CO dan H2S akibat dari emisi gas buang Pertamina UP IV.Pendekatan dilakukan terhadap hasil pengukuran dengan perhitungan teoritis. Pendekatan teoritis dilakukan dengan menggunakan modelling matematika yaitu Model Penyebaran Gaussian. Dengan menggunakan Model Penyebaran Gaussian ini diharapkan dapat memprediksi konsentrasi CO dan H2S dalam udara ambien di suatu lokasi sekitar sumber pencemar (flare). Penggunaan model penyebaran Gaussian ini didukung juga dengan penggunaan rumus-rumus seperti rumus Slade (1968) untuk perhitungan kecepatan angin diatas cerobong dan penentuan kelas stabilitas udara dengan rumus Holland (1953) untuk mengetahui tinggi semburan dan tinggi efektif cerobong. Faktor kecepatan angin mempengaruhi hasil perhitungan penyebaran Gaussian.Hasil pengukuran untuk CO: 1.449 µg/m3, 1.425 µg/m3, 1.561 µg/m3, 1.512µg/m3 dan H2S : 29.70 µg/m3, 31.77 µg/m3, 28.79 µg/m3, 19.41 µg/m3 dan hasilperhitungan teoritis seperti yang terdapat di daiam pembahasan menunjukkan bahwa masih dibawah Baku Mutu Udara Ambien (KEP-02/MENKLH/1/1988), yakni 22600µg/m3 untuk CO dan 42 µg/m3 untuk H2S. Sedangkan berdasarkan grafikperbandingan garis hasil pengukuran CO berada dibawah garis hasil perhitungan teoritis, untuk H2S grafik perbandingan hasil pengukuran berada diatas hasil perhitungan. Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh dari sumber-sumber pencemar lainnya.Dari hasil pengukuran konsentrasi CO dan H2S dengan menggunakanGaussian untuk arah Barat Laut menunjukkan konsentrasi masih dibawah baku mutu udara ambien.Unit Pengolahan IV Pertamina diharapkan dapat memprediksi penyebaranemisi gas buang yang dihasilkan dari flare-flare UP IV terhadap kualitas udaraambien, hal tersebut perlu dilakukan mengingat peningkatan kapasitas produksi BBM sehingga UP IV Pertamina Cilacap dapat mewujudkan industri yang ramah lingkungan melalui perolehan sertifikat ISO 14000 yang hendak dicapai.

B By development science and technology rapidly, beside in industrial sector. One of important factor which considered is the environment problems, one of problems is the air pollution. It can be form such as particle, gas, favor, and energy. Furthermore, UP IV of Pertamina forms the Working Health Environment Protection Board which has function to undertake its problems.Flare System is. the system which used UP lV in prevention of air pollution,Flare is gas boil to exiting process from units, before separated to air, gases is burned previously in boiling peak, In this Evaluation Study discusses about air quality in Kutawaru region, what's region expose CO and H2S gas which caused gas emission of UP IV of Pertamina.Approach is performed to measurement result by theoretical calculation. It is performed by mathematical modeling, Gaussian Distribution Model. By this model is hoped that we can predict CO and H2S concentration in ambient air in pollution sorce area (flare). Using the Gaussian Model is supported by Slade formulation (1968) to calculate wind speed iin boiling peak and determining air stability class by Holland Formation (91.5) to know sparkle height and the effective boiling height. Wind speed factor influences to Gaussian distributioncalculation,Results to CO: 1,775 ug/nr', 1,746 µg/m3, 1,913 ug/m', 1,853 ug/nr', and H2S:36,392 JLg/m3, 38,934 µg/m3, 35,275 µg/m3 and 23,78 µg/m3 and a theoretical calculation as we seen in discussion shows that it still under of Ambient Air Quality Raw (PP RI No. 41 1999), is 10,000 µg/m3 to CO and 4 2 µg/m3 to H2S. Based on graphic scale, to CO measurement is under line of a theoretical calculation, to H2S is above of calculation. It is caused by others pollution influences.From CO and H2S measurement by Gaussian to Western area shows the concentration stil1 under of ambient air quality raw.Processing Unit IV of Pertamina is hoped can predicted the gas emission distribution which produced the UP IV Flares to ambient air quality, it must performed because increasing of BBM production capacity, in order to UP IV of Pertamina, Cilacap can create the polite industry to envirorunent by obtaining the ISO 14000 Certificate.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?