Hubungan efektivitas paracetamol dengan dysmenorrhea pada kisaran usia 20-25 tahun
P Prevalensi kejadian dysmenorrhea pada wanita adalah 40 – 70 % pada masa reproduktif, dysmenorrhea memberikan dampak negatif dalam kualitas hidup seorang wanita. Banyak wanita yang langsung meminum obat analgesik ( pereda nyeri) yang dijual di pasaran seperti parasetamol. Parasetamol adalah analgesik yang diduga dapat mengatasi dysmenorrhea. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara efektivitas paracetamol dengan dysmenorrhea pada kisaran usia 20-25 tahun. Penelitian ini dilakukan pada 73 orang responden wanita yang berusia 20-25 tahun pada bulan Desember tahun 2017 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Kampus A Universitas Trisakti, Grogol Pertamburan, Jakarta Barat. Metode yang digunakan adalah analisis observasional dengan pendekatan cross sectional. Instrumen yang digunakan adalah wawancara untuk mengukur apakah adanya perbaikan setelah mengkonsumsi parasetamol dan wawancara verbal multidimensional scoring system untuk mengukur derajat nyeri responden. Data yang didapatkan dianalisis menggunakan chi-square dengan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Dari 73 responden yang diteliti, hasul uji Chi-Square menyatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara efektivitas paracetamol dengan dysmenorrhea(p = 0,213). Berdasarkan hasil penelitian, tidak terdapat hubungan antara efektivitas paracetamol dengan dysmenorrhea pada kisaran usia 20-25 tahun.
T The prevalence of dysmenorrhea in women is 40-70% during the reproductive period, dysmenorrhea has a negative impact on the quality of life of a woman. Many women take direct analgesic drugs (pain relievers) that are sold in the market such as paracetamol. Paracetamol is an analgesic that is thought to treat dysmenorrhea. This study was conducted with the aim to determine the relationship between the effectiveness of paracetamol and dysmenorrhea in the age range of 20-25 years. This research was conducted on 73 female respondents aged 20-25 years in December 2017 at the Faculty of Economics and Business at Campus A, Trisakti University, Grogol Pertamburan, West Jakarta. The method used is observational analysis with cross sectional approach. The instrument used was interview to measure whether there was improvement after consuming paracetamol and a multidimensional verbal scoring system interview to measure the degree of pain of respondents. The data obtained were analyzed using chi-square with a significance level of 0.05. Of the 73 respondents studied, the results of the Chi-Square test stated that there was no significant relationship between the effectiveness of paracetamol and dysmenorrhea (p = 0.213). Based on the results of the study, there was no correlation between the effectiveness of paracetamol and dysmenorrhea in the age range of 20-25 years.