DETAIL KOLEKSI

Penerapan theory of constraint (TOC) dan penjadwalan produksi berbasis mesin bottleneck menggunakan particle swarm optimization untuk meminimasi makespan di PT. Mulia Knitting Factory

0.0


Oleh : Irsanti Aisya

Info Katalog

Penerbit : FTI - Usakti

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2013

Pembimbing 1 : Sumiharni Batubara

Pembimbing 2 : Rahmi Maulidya

Subyek : Manufacturing – Companies;Textile industry;Production – Process

Kata Kunci : theory of constraint (TOC), bottleneck machine, swarm optimization

Status Posting : Published

Status : Lengkap


File Repositori
No. Nama File Hal. Link
1. 2013_TA_TI_06309033_Halaman-Judul.pdf
2. 2013_TA_TI_06309033_Bab-1.pdf 4
3. 2013_TA_TI_06309033_Bab-2.pdf
4. 2013_TA_TI_06309033_Bab-3.pdf
5. 2013_TA_TI_06309033_Bab-4.pdf
6. 2013_TA_TI_06309033_Bab-5.pdf
7. 2013_TA_TI_06309033_Bab-6.pdf
8. 2013_TA_TI_06309033_Bab-7.pdf
9. 2013_TA_TI_06309033_Daftar-Pustaka.pdf
10. 2013_TA_TI_06309033_Lampiran.pdf

A AB S TRAKPT. Mulia Knitting Factory merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang tekstil dan Barmen. Pokok permasalahan yang terjadi di PT. Mulia Knitting Factory adalah tidak tercapainya target produksi. Tidak tercapainya target produksi disebabkan karena adanya laju aliran proses produksi yang tidak lancar. Dalam hal ini, stasiun yang menjadi kendala (Constraint) harus diselesaikan dengan tepat agar target produksi dapat ditingkatkan. Penyelesaian masalah dilakukan dengan penambahan time buffer dan penjadwalan job berbasis mesin bottleneck dengan menggunakan Particle Swarm Optimization (PSO). Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan pendekatan Theory of Constraint, maka mesin yang mengalami bottleneck yaitu M1 1 dan M13 dengan persentase beban 116,42% dan 100,09%. Sedangkan untuk mesin yang termasuk Capacity Constraint Resource (CCR) adalah Ml, M 2, M 4, M 6, M 7, M 9, M 11, M 13, M14, dan M 15. Time buffer yang diberikan pada Mll dan M13 adalah sebesar 4729,62 detik dan 25,42 detik. Pada M13 time buffer dapat diabaikan sebab time buffer pada mesin tersebut tidak mempengaruhi secara signifikan yaitu sebesar 25,42 detik. Pada penjadwalan berbasis mesin bottleneck dilakukan backward scheduling menggunakan Particle Swarm Optimization (PSO) - Earliest Due Date (EDD) dan forward scheduling menggunakan Particle Swarm Optimization (PSO) untuk meminimasi makespan. Hubungan antara makespan dengan keterlambatan adalah berbanding lurus. Artinya semakin besar waktu makespan, maka waktu keterlambatan juga akan semakin besar. Oleh karena itu, waktu makespan harus diminimalisasi agar keterlambatan juga dapat diminimalisasi. Pada iterasi t=0 nilai makespan sebesar 43962,81 detik, iterasi t=1 nilai makespan sebesar 42947,34 detik, dan iterasi t=2 nilai makespan sebesar 42947,34 detik. Pada iterasi t=2 ini, nilai partikel yang didapatkan sudah konstan dan berada pada posisi yang sama sehingga iterasi pun dapat diberhentikan dan penjadwalan serta urutan terbaik berada pada iterasi t=2 dengan partikel X. Backward scheduling dan Forward scheduling menghasilkan urutan pengerjaan job yang akan berubah pada mesin bottleneck. Urutan pengerjaan pada M1 adalah J22424423 434421412413432433411414431 sedangkan urutan pengerjaan job setelah mesin bottleneck dimulai dari J24 sebab pada M10 job tersebut merupakan job pertama yang telah selesai dikerjakan. Kemudian dilanjutkan dengan J34-J22-J23-J21-J13-J12-J14-J11-J32-J33-J31 dengan makespan sebesar 42947,34 detik. Perbaikan yang didapat adalah sebesar 19% dan metode perusahaan.Kata Kunci: Theory Of Constraint, Bottleneck, time buffer, Particle Swarm Optimization, Due Date, makespan

P PT. Mulia Knitting Factory is a manufacturing company engaged in the field of textiles and garments. Issues involved in the PT. Mulia Knitting Factory is not the achievement of production targets. Production shortfall was due to the flow rate of the production process is not smooth. In this case, the station is a constraint must be completed correctly in order that production targets can be improved. Problem solving is done by the addition of buffer and time-based job scheduling bottleneck machine by using Particle Swarm Optimization (PSO). Based on calculations using the Theory of Constraints approach, the machine is experiencing bottlenecks that M11 and M13 with the load percentage 100.09% and 116.42%. As for the machine which includes CCR is M1, M 2, M 4, M 6, M 7, M 9, M 11, M 13, M14 and M15. Time Buffer given on M11 and M13 are at 4729.62 13 seconds and 25.42 seconds. On the M13 buffer time can be ignored because the buffer time on the machine does not affect significantly about 25.42 seconds. Based on the scheduling bottleneck machines performed using PSO-backward scheduling and forward scheduling Earliest Due Date (EDD) uses Particle Swarm Optimization (PSO) to minimize makespan. Relationship between makespan is directly proportional to the delay. So, the greater makespan, the delay time will also increase. Therefore, time should be minimized so that the delay makespan also be minimized. At iteration t = 0 value of makespan at 43962.81 seconds, iteration t = 1 makespan value of 42947.34 seconds, and iteration t = 2 makespan value of 42947.34 seconds. At iteration t = 2, the value obtained particles are constant andare in the same position so that iteration can be terminated and scheduling as well as the bessequence of iterations is at t = 2 with particle. Forward Backward scheduling and jobscheduling generates a sequence of workmanship that will change in the bottleneck machine. The order of execution on the M1 is J22-J23-J24-J34-J21-J12-J13-J32-J33-J11-J14-J31 beside that working order after bottleneck machine starts from J24 because in M10 this job is the first that has been completed. Then next job is J34-J22-J23-J21-J13-J12 -J14-J11-J32-J33-J31 with makespan at 42947.34 seconds. Improvement can be carried out by 19% of the company's methods.

Bagaimana Anda menilai Koleksi ini ?