Hubungan perubahan iklim dengan kejadian demam berdarah dengue di Kecamatan Kalideres
K Kejadian DBD semakin meningkat setiap tahunnya. Sejak kasus pertama di Indonesia pada tahun 1968, pada tahun 2013 jumlahnya dilaporkan menjadi 114.656 kasus dengan Insidence rate (IR) sebesar 52,48/100.000 penduduk. Pada tahun 2016 IR meningkat menjadi 77,96/100.000 penduduk, yang masih sangat jauh dari target nasional yaitu <49/100.000 penduduk. Ketidakseimbangan. yang terjadi antara faktor host, agent, dan lingkungan yang salah satunya akibat adanya pengaruh perubahan iklim dapat memengaruhi kapasitas vektor nyamuk dalam terjadinya penularan penyakit DBD.METODEDesain studi penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Variabel bebas yang diteliti adalah perubahan iklim yang meliputi data mingguan suhu udara, curah hujan, kecepatan angin, dan kelembapan udara yang diperoleh melalui pencatatan data sekunder dari website BMKG. Variabel terikat pada penelitian ini adalah data mingguan hasil kejadian DBD yang dicatat melalui laporan data sekunder di Puskesmas Kecamatan Kalideres. Data penelitian akan dianalisis dengan analisis regresi linear sederhana.HASILBerdasarkan analisis bivariat didapatkan hasil curah hujan dan kelembapan udara berhubungan lemah dengan kejadian DBD, dengan nilai masing-masing yaitu curah hujan dengan p value sebesar 0,031 dan koefisien korelasi (r) sebesar 0,211 dan kelembapan udara dengan p value sebesar 0,001 dan r sebesar 0,316, sedangkan suhu udara dan kecepatan angin tidak berhubungan dengan kejadian DBD dengan nilai p value diatas 0,05.KESIMPULAN DAN SARANCurah hujan dan kelembapan udara berpengaruh lemah dengan kejadian DBD sedangkan suhu udara dan kecepatan angin tidak berhubungan dengan kejadian DBD. Diperlukan penelitian lanjutan dengan memperpanjang waktu durasi guna memperoleh hasil yang lebih baik.
T The incidence of dengue fever is increasing every year. Since the first case in Indonesia in 1968, in 2013 the number was reported to be 114,656 cases with an incidence rate (IR) of 52.48/100,000 population. In 2016 the IR increased to 77.96/100,000 population, which is still very far from the national target of <49/100,000 population. Imbalance. that occurs between host, agent, and environmental factors, one of which is due to the influence of climate change which can affect the capacity of mosquito vectors in the occurrence of dengue disease transmission.METHODThe study design of this research was analytic observational with a cross-sectional approach. The independent variable studied was climate change which included weekly data on air temperature, rainfall, wind speed, and humidity obtained through recording secondary data from the BMKG website. The dependent variable in this study is weekly data on the results of DHF events recorded through secondary data reports at the Kalideres District Health Center. The research data will be analyzed by simple linear regression analysis.RESULTSBased on bivariate analysis, it was found that rainfall and air humidity were weakly related to the incidence of DHF, with each value being rainfall with a p value of 0.031 and a correlation coefficient (r) of 0.211 and humidity with a p value of 0.001 and an r of 0.316, while air temperature and wind speed are not related to the incidence of dengue fever with a p value above 0.05.CONCLUSIONS AND SUGGESTIONSRainfall and air humidity have a weak effect on the incidence of DHF, while air temperature and wind speed are not related to the incidence of DHF. Further research is needed by extending the duration in order to obtain better results.