Hubungan antara kadar debu total terhadap kesehatan pada saluran pernapasan para pekerja di Industri Semen PT. Semen Baturaja, Pabrik Panjang, Lampung dan alternatif pengendaliannya
P PT. Semen Baturaja didirikan pada tanggal 14 November 1974 yang merupakan perusahaan dengan status PMDN, pada tanggal 9 November 1979 berubah status menjadi BUMN. Kapasitas produksi adalah sebesar 1.250.000 ton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar debu total di lokasi industi semen, sehingga didapatkan suatu gambaran bagairnana hubungan kadar debu total di udara ambien dalam lokasi pabrik dapat berpengaruh terhadap kesehatan para karyawan (terutama gangguan saluran pernafasan).Waktu penelitan adalah antara tanggal 1November2001 sampai dengan tanggal I April 2002. Tempat penelitian adalah Lokasi pabrik PT. Semen Baturaja, l.ampung. Titik penelitian dilakukan pada lokasi penggilingan, unloading, pengepakan semen dan kantor sebagai titik pembanding.Pengumpulan data dibagi menjadi pengumpulan data primer dan sekunder. Untukpengumpulan data primer ini dibagi menjadi dua bagian yaitu data kualitas udara dan data responden. Data responden diperoleh dengan melakukan kuesioner tentang status kesehatan para karyawan berdasarkan kuesioner baku dari American Thoracic Society. Pengumpulan data kadar debu dilakukan dengan menggunakan alat High Volume Air Sampler (HVAS) dengan metode Gravimetri. Data kualitas udara dan basil wawancara diolah dengan menggunakan progam SPSS.Hasil dari penelitian ini adalah karyawan yang menderita gejala gangguan saluran pernafasansebanyak 77 orang (75,2 %) dan yang tidak menderita gejala gangguan saluran pemafasan sebanyak30 orang (24,8 %). Data kualitas udara yang diperoleh dari basil sampling adalah pada lokasi Penggilingan sebesar 4,38 mg/m3, lokasi Unloading sebesar 7,78 mg/m3, lokasi Pengepakan Semen sebesar 10,43 mg/m3, dan lokasi kantor sebesar 0,21 mg/m3. Hasil ini menunjukan bahwa kadar debu pada empat lokasi penambangan masih dibawah Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu 10 mg/m3 (Surat Edaran Menteri 'Tenaga Kerja No. SE 04/ Menaker/ 1999) untuk material partikulat yang mengandung kristal silika <5 %, tetapi diatas Baku Mutu Kualitas Udara Ambien sebesar 0,23 mg/m3 (KepMen No. Kep 02/ MENKLH/ 1996).Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain adalah ada hubungan bennakna antara kadar debu total dengan keluhan gangguan saluran pernafasan pada pekerja di PT. SemenBaturaja, Lampung. Kadar debu total sangat berpengaruh terhadap kemungkinan seseorang untuk dapat terkena gangguan saluran pemafasan. Resiko seorang pekerja untuk terkena gangguan saluran pemafasan adalah sebesar 6, 7 kali.Saran-saran yang dapat diberikan adalah penggunaan alat pelindung diri seperti dust masker,safety shoes, sarung tangan, clan safety helm harus lebih diaktifkan. Selain itu perlu adanyapeningkatan frekuensi penyiraman jalan khususnya pada saat matahari bersinar terik, peningkatan kegiatan revegetasi karena dapat menahan laju angin (wind break) sehingga dapat menahan penyebaran debu ke pemukiman, dan kendaraan bennotor supaya lebih mentaati batas kecepatan maksimum.
P PT. Semen Baturaja was established at November l4lll 1974 and by November 9th 1979; this National stock investment cooperation was officia1ly changed into a government owned cooperation. The production capacity of this factory is l .250.000 ton per year. This research was conducted in order to know the total level of dust at the ambient air and the factory surroundings and how it "ill affect workers health status (particularly the obstruction on respiratory duct).Research time range was between November l" 2001 until March 151 2002. The research site was PT. Semen Baturaja cement factory, Lampung. Measurements points were at the grinding section, unloading section, cement packing section and the office as comparity point.Data collection was divided into primary and secondary data collection. The primary data collection was divided into two parts, whiclh are air quality data and respondent data. Therespondent data was obtained by conducting questioner of the American Thoraric Society. Total dust was being measured by using High Volume Air Sampler (HVAS) with Gravimetri method. Air quality datas and interview results then being processed by engaging SPSS program.Research results were divided into those who were affected by symptoms of respiratory duct obstruction, 77 people (75,2%) and those who were ammune by symptoms of respiratoryduct obstruction, 30 people (24,8%). Air quality data acquired from sampling at the grindingsection was aaounted to a concentration of 4,38 mg/m3, at loading section was amounted to concentration of 7, 78 mg/m3, at cement packing section was amounted to a concentration of10,43 mg/m3 and at the office section was amounted to a concentration of 0,21 mg/m". These results indicated that the dust level on those four cement factory sites remained under the Treshold Limit Value (TL V) or Nilai Ambang Batas (NAB) of 10 mg/m3 (Distributed Letter ofThe Minister of Human Resources No. SE 0I/Menaker/1997) for particulate material which contained silica crystal less than 5o/o, however, the results have surpassed the ambient air quality standard of Baku Mutu Kualitas Udara Ambien, which is 0,23 mg/m3 (PP No. 41tahun1999).Conclusions that can be drawn from this research showed that there is a significant correlation between total level of dust with workers' complaints concerning respiratory duct obstruction. Respiratory duct obstruction risk member for each worker is 6, 7 times.It is highly recommended to wear self-protection devices such as dust masks, safety shoes, gloves, and safety helmets. Besides that, it is also recommended to intensify the frequency of road water spraying particularly on broad day light when the sun shines extremely hot. Intensification of revegetation activities also can hold windbreak that can prevent house dispersion, and motor vehicles should comply with the maximum speed limit.