Evaluasi ruang terbuka hijau sebagai dasar konsep perencanaan sistem ruang terbuka hijau di Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, Banten
K Kota Tangerang merupakan salah satu kota di kawasan Tangerang yang dikenal sebagai kota seribu taman dengan keanekaragaman jenis dan fungsinya. Kota Tangerang terdiri dari 13 kecamatan, salah satunya adalah Kecamatan Tangerang. Berdasarkan tata guna lahan (land use) nya Kecamatan Tangerang memiliki ruang terbuka hijau (RTH) paling luas dan beragam, Kecamatan Tangerang memiliki luas 17,45 km². RTH pada Kecamatan Tangerang secara tata guna lahan (land use) memiliki keanekaragaman yang cukup. Namun, belum membentuk sebuah struktur lanskap, menurut (Godron, 1983:83) struktur lanskap adalah susunan atau pola dari ruang atau komposisi dari elemen lanskap yang dibangun oleh bercak (patches), koridor (corridors), dominan (matrix) dan jaringan (network). Kondisi tersebut menyebabkan RTH pada Kecamatan Tangerang belum membentuk sebuah sistem RTH dari suatu wilayah. Menurut (Heckscher, 1977:192) sistem RTH adalah ruang terbuka yang tidak terisolasi atau dibatasi, dimana perlu dilakukannya kesinambungan antar RTH, untuk interpenetrasi elemen-elemen perkotaan dan pedesaan. Sehingga setiap taman dapat saling berhubungan dan membentuk sabuk hijau dengan mengembangkan jalur hijau dan taman. Untuk itu, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap keberadaan RTH sebagai dasar konsep perencanaan sistem RTH di Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, Banten.
T Tangerang City is one of the citites in Tangerang region which is known as a city of a thousand parks with a diversity of types and functions. Tangerang City consists of 13 Districts, one of them is Tangerang District which has the most extensive and diverse of green open spaces, Tangerang District has an area of 17,45 km². Green open space in Tangerang District in terms of land use has sufficient diversity. However, it has not formed as a landscape structure yet, according to (Godron, 1983: 83) landscape structure is the arrangement or pattern of space or composition of landscape elements that are built by patches, corridors, dominant (matrix) and network. These conditions causing green open space in Tangerang District has not formed as a green open space system from an area. According to (Heckscher, 1977: 192) the green open space system is an open space that is not isolated or restricted, where continuity between green spaces is needed, for the interpenetration of urban and rural elements. So that each park can be interconnected and form a green belt by developing green belt and parks. For this reason, it is necessary to evaluate the existence of green open space as a basic concept for the green open space planning in Tangerang District, Tangerang City, Banten.