Hubungan sindrom metabolik dengan penyakit paru obstructive kronik
P Prevalensi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) pada tahun 2019 di seluruhdunia sekitar 12% populasi, sedangkan di Indonesia berdasarkan Riset KesehatanDasar (RISKESDAS) tahun 2013, sebesar 3,7 %. Sindrom metabolik merupakansalah satu komorbid pada PPOK, dengan insidensi pada 21-53 % pasien PPOK.Pasien PPOK 1,5-3 kali lebih berisiko mengalami sindrom metabolik. Kumpulankelainan metabolik tubuh biasa disebut sindrom metabolik mencakup komponenkomponenseperti hiperglikemia, dislipidemia, obesitas sentral, dan hipertensi.Sindrom metabolik bukan suatu diagnosis penyakit, tetapi kumpulan faktor risikometabolik yang berkaitan dengan penyakit tidak menular, terutama penyakitkardiovaskular arterosklerotik. Mekanisme yang menghubungkan perkembangansindrom metabolik pada PPOK adalah inflamasi sistemik yang ditandai denganstress oksidatif sistemik, pengaktifan sel-sel inflamasi secara sistemik sertapeningkatan sitokin proinflamasi. Pasien PPOK dengan sindrom metabolikmemiliki penanda inflamasi sistemik yang lebih tinggi dari pada pasien PPOKtanpa sindrom metabolik dengan nilai p >0,05. Sindrom metabolik mempengaruhistatus kesehatan pada pasien PPOK. Sindrom metabolik diduga dapatmenurunkan kapasitas vital yang terkait dengan fungsi paru, meningkatkanmorbiditas, mortalitas serta frekuensi ekasaserbasi pasien PPOK. Penurunanfungsi paru ditandai dengan FVC persen prediksi dan FEV1 persen prediksi padapasien PPOK dengan sindrom metabolik lebih rendah 16,96% dan 14,02% padapemeriksaan spirometri. Angka total eksaserbasi pada pasien PPOK dengansindrom metabolik lebih tinggi. Beberapa penelitian mengungkapkan sindrommetabolik tidak mempengaruhi fungsi paru serta status kesehatan secara spesifikmelalui pemeriksaan spirometri serta parameter fungsional pada pasien PPOK.Sindrom metabolik dan PPOK memiliki hubungan dua arah, dimana sindrommetabolik bisa sebagai konsekuensi dari PPOK namun bisa juga menjadi faktorpredisposisi PPOK.
I In 2019 there were more than 12% of general population all around the world whohad COPD, while the prevalence of COPD in Indonesia according to the RisetKesehatan Dasar (RISKESDAS) in 2013 was 3.7%. Metabolic syndrome is one ofthe comorbid in COPD, occurs in 21-53% of COPD patients. COPD patients are1.5-3 times more likely to develop metabolic syndrome. Metabolic syndrome is acollection of metabolic disorders in the body that includes hyperglycemia,dyslipidemia, hypertension, and central obesity. Metabolic syndrome isnnot adisease, but collection of metabolic risk factors that directly related to noncommunicablediseases, especially atherosclerotic cardiovascular disease. Themechanism that links metabolic syndrome and COPD is systemic inflammationcharacterized by systemic oxidative stress, activation of inflammatory cells in thesystemic circulation and an increase in proinflamatory cytokines. COPD patientswith metabolic syndrome had higher markers of systemic inflammation thanCOPD patients with out metabolic syndrome with a p value > 0.05. Metabolicsyndrome affects health status in COPD patients. Metabolic syndrome is thoughtto reduce vital capacity that links with lung function, increase morbidity, mortalityand the frequencymof exacerbations of COPD patients. Decreased lung functionwas characterized by a predictive percent FVC and a predictive FEV1 percent inCOPD patient with lower metabolic syndrome 16.96% and 14.02% based onspirometry. The total number of exacerbations in COPD patients who hasmetabolic syndrome was higher. Several studies have revealed that metabolicsyndrome does not affect lung function and health status specifically throughexamination of spirometry and functional parameters in COPD patients.Metabolic syndrome and COPD have a two-way relationship, where in metabolicsyndrome can be a consequence of COPD but can also be a predisposing factorfor COPD.