Perbaikan kualitas bata ringan hb-075 sized dengan Metode Six Sigma di PT. Surya Rezeki Timber Utama
P PT. Surya Rezeki Timber Utama merupakan perusahaan pembuat bata ringan (hebel). Terdapat dua jenis bata ringan yang di produksi yaitu HB-075 sized (75 mm x 200 mm x 600 mm) dan HB-100 sized (100 mm x 200 mm x 600 mm). Produk yang menjadi fokus pada penelitian adalah jenis HB-075 sized dengan presentase jumlah produk cacat terbesar dibandingkan dengan jenis HB-100 sized, yaitu sebesar 38.58% dengan sampel 50 pcs setiap inspeksi, sedangkan target maksimum yang harus dicapai adalah sebesar 30%. Perbaikan kualitas dilakukan dengan metode six sigma dalam minimasi cacat. Terdapat lima tahapan six sigma yaitu define, measure, analyze, improve dan control (DMAIC). Pada fase define digunakan peta proses operasi. Pada fase measure dilakukan penentuan CTQ, perhitungan peta P dan C, perhitungan nilai DPMO dan tingkat sigma yaitu sebesar 153.600 DPMO dan 2.52 sigma. Pada fase analyze digunakan diagram pareto dengan kecacatan kuat tekan rendah, patah, dan gompal. Produk dikatakan memiliki kuat tekan rendah apabila kuat tekan di bawah 23.9 kN. Kecacatan yang terjadi diidentifikasi penyebabnya menggunakan diagram sebab akibat. Setelah semua penyebab kecacatan telah teridentifikasi, dibuatlah tabel FMEA untuk menentukan penyebab kegagalan potensial yang paling mendominasi berdasarkan nilai RPN. Potential Causes dengan nilai RPN tertinggi adalah takaran pasir dan gypsum tidak optimal yang terjadi pada proses pencampuran dan pada proses pengangkatan yang dikarenakan takaranan semen dan pasir yang tidak optimal. Nilai adalah RPNnya sebesar 120. Penggunaan metode taguchi untuk merancang usulan perbaikan yang optimal dengan respon terhadap jumlah produk cacat. Usulan perbaikannya adalah mengubah komposisi bahan baku pasir menjadi 1900 kg, semen menjadi 350 kg, dan gypsum menjadi 200 kg. Terdapat penurunan nilai DPMO setelah dilakukan implementasi menjadi sebesar 65.000 dan peningkatan tingkat sigma menjadi 3.014.
P PT. Surya Rezeki Timber Utama is a lightweight brick making company. There are two types of light bricks produced, namely HB-075 sized (75 mm x 200 mm x 600 mm) and HB-100 sized (100 mm x 200 mm x 600 mm). Products that are the focus of research is HB-075 sized with the largest percentage of defective than products compared to type HB-100 sized, which is 38.58% with a sample 50 pcs for each inspection, while the maximum target that must be achieved is 30%. Quality improvement is done by the Six Sigma method in minimizing defects. There are five steps for six sigma, define, measure, analyze, improve dan control (DMAIC). In the define phase the operation process map is used. In the measure phase the CTQ determination, the P and C map calculations, the DPMO value calculation and the sigma level are 153,600 DPMO and 2.52 sigma. In the analyze phase the Pareto diagram with low compressive strength, fracture, and chipped is used. The product have low compressive strength if the compressive strength is below 23.9 kN. Defects that occur identified the cause using a cause and effect diagram. After all causes have been identified, an FMEA table is made to determine the most dominant cause of potential failure based on the RPN value. Potential Causes with the highest RPN value is composition of sand and gypsum that occurs in the mixing process are not optimal and in the lifting process due to the non-optimal composition of cement and sand. RPN’s values is 120. Use the Taguchi method to design an optimal improvement with responses to the number of defective products. The proposed improvement is to change the composition of sand raw material to 1900 kg, cement to 350 kg, and gypsum to 200 kg. There was a decrease in the value of DPMO after implementation to 65,000 and an increase in the sigma level to 3,014.