Perencanaan program lumpur pemboran untuk tiap trayek pada formasi "AN" lapangan "ADG"
D Dalam pengambilan minyak dan gas bumi untuk dapat diproduksikan, terlebih dahulu dilakukannya operasi pemboran. Dalam operasi pemboran terdapat salah satu faktor terpenting yang mendukung agar operasi pemboran dapat berjalan dengan lancar. Faktor yang paling mendukung dalam operasi pemboran tersebut adalah penggunaan lumpur pemboran. Operasi pemboran tidak dapat berjalan dengan efisien tanpa menggunakan lumpur pemboran. Dalam operasi pemboran sering ditemui terjadinya permasalahan dan kegagalan dalam melakukan kegiatan tersebut yang mengakibatkan keterlambatan waktu selesainya kegiatan operasi pemboran serta juga berdampak terhadap keekonomisan biaya operasi pemboran. Untuk menghindari akan timbulnya permasalahan operasi pemboran dapat melakukan perencanaan penggunaan lumpur pemboran yang tepat untuk operasi pemboran. Oleh sebab itu, lumpur pemboran memiliki peran yang begitu penting dalam melakukan operasi pemboran, dikarenakan sifat-sifat yang dimiliki pada lumpur pemboran sangat berguna untuk membantu kelancaran operasi pemboran untuk menembus formasi batuan dengan lancar.Penggunaan lumpur pemboran sangat mempengaruhi kelancaran atau tidaknya dalam operasi pemboran, sangat berpengaruh terhadap kecepatan pemboran, efisiensi, dan biaya pemboran. Oleh karena itu, sebelum melakukan suatu operasi pemboran sangat diperlukan untuk membuat perencanaan desain lumpur pemboran yang tepat sesuai dengan karakteristik formasi pada sumur, agar tidak mengakibatkan kerugian-kerugian ketika operasi pemboran berlangsung.Maksud dan tujuan dari kajian ini adalah melakukan praktek langsung untuk melakukan perencanaan lumpur pemboran. Pada kajian ini akan meneliti mengenai metode dan aplikasi yang digunakan dalam melakukan perencanaan lumpur pemboran dan juga dapat menerapkan pembelajaran dari teori-teori yang telah diberikan saat mengikuti perkuliahan. Sehingga dengan melakukan kajian mengenai perencanaan lumpur pemboran ini, penulis akan lebih memahami dan menguasai pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya.Dalam kajian ini akan menentukan perencanaan jenis lumpur pemboran yang dapat diaplikasikan pada suatu sumur secara ekonomis yang dianalisis berdasarkan hasil dari data perencanaan lumpur yang digunakan pada sumur tersebut di lapangan. Untuk metode yang digunakan pada kajian mengenai perencanaan lumpur pemboran ini dengan metode analisa sumur offset atau korelasi data dan diperlukannya data-data yang mendukung, sehingga dapat dikorelasikan dalam membuat perencanaan lumpur pemboran sumur tersebutDari penelitian yang dilakukan dalam menentukan perencanaan program lumpur pemboran tiap trayek formasi pada sumur “AN†lapangan “ADG†ini dengan terlebih dahulu melakukan evaluasi terhadap sumur yang berada disekitar sumur “AN†tersebut yang dijadikan sebagai offset well data. Untuk sumur yang dijadikan offset well adalah sumur AN-11 dan AN-12 yang merupakan berada di operasi lepas pantai (offshore) di north west java. Dimana untuk formasi di wilayah ini memiliki struktur yang lunak. Karena dengan kondisi formasi yang lunak dapat menimbulkan permasalahan-permasalahan seperti runtuhnya lubang sumur atau pada operasi pemboran untuk sumur dengan tipe directionall drilling sangat sensitif terhadap berdampaknya perubahan sudut inklinasi pada sumur yang tidak sesuai dengan target operasi.Perencanaan sistem lumpur pemboran untuk sumur AN-12 menggunakan metode korelasi data dari sumur AN-11. Operasi pemboran sumur AN-11 pada formasi cisubuh untuk trayek 17 ½ “ diawali pemboran dengan tipe lumpur yang sesuai dengan perencanaan awal yaitu menggunakan Low pH Desco + 3% KCl Polymer. Pada trayek ini adanya permasalahan seperti tidak stabilnya lubang dan menyebabkan pembelokan trajektory. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dilakukan upgrade pada lumpur pemboran menjadi 7-8% KCl Polymer dan permasalahan tersebut berhasil dihindarkan pada sumur AN-11.Sedangkan untuk sumur AN-12 ketika melakukan operasi pemboran pada formasi yang sama dengan AN-11 yaitu formasi cisubuh tipe lumpur 7-8% KCl Polymer tidak dapat menstabilkan lubang bor yang membuat perubahan sudut inklinasi berubah. Dimulainya pada kedalaman 1822’ inklinasi sudut baru yang tebentuk sebesar 54.30 deg dan azimuth sebesar 296.10 deg. Sedangkan untuk trajectory original (sebelumnya) membentuk sudut inklinasi sebesar 55.07 deg dan azimuth sebesar 295.78 deg.Menandakan bahwa lumpur tipe ini belum dapat menstabilkan lubang bor maka dilakukan upgrade lumpur pemboran menggunakan HPWBM yang dapat menstabilkan lubang bor. Sehingga untuk formasi cisubuh dengan kriteria lunak seperti pada sumur AN ini lebih baik menggunakan tipe lumpur HPWBM berdasarkan dari hasil evaluasi operasi pemboran sumur tersebut. Oleh karena itu, melakukan penentuan desain lumpur yang tepat, dapat diketahui dari berdasarkan sumur-sumur yang telah dilakukan operasi pemboran sebelumnya. Sehingga operasi pemboran pada sumur AN untuk selanjutnya dapat dihindari dari permasalahan desain lumpur pemboran yang digunakan.
I In extracting oil and gas to be produced, drilling operations are carried out first. In drilling operations there is one of the most important factors that supports drilling operations to run smoothly. The most supportive factor in the drilling operation is the use of drilling mud.Drilling operations cannot run efficiently without using drilling mud. In drilling operations problems are often encountered and failures in carrying out these activities. Therefore, drilling mud has an important role in carrying out drilling operations, because the properties possessed in drilling mud are very useful to help smooth drilling operations to penetrate rock formations smoothly. The use of drilling mud greatly influences the smoothness of drilling operations, greatly influencing the speed of drilling, efficiency, and drilling costs.Therefore, before carrying out a drilling operation it is very necessary to make a drilling mud design plan that is exactly in accordance with the characteristics of the formation in the well, so as not to cause losses when drilling operations take place.The purpose and objective of this stkudy is to do direct practice in planning drilling mud. In this study will examine the methods and applications used in planning drilling mud and can also apply learning from the theories that have been given when attending lectures. So by conducting a study of the drilling mud planning, the author will better understand and master the learning that has been given previously.In this study, it will determine the planning of drilling mud types that can be applied economically to a well which is analyzed based on the results of the sludge planning data used in the well in the field. For the method used in the study of drilling mud planning with an offset analysis method or data correlation method and the need for supporting data, so that it can be correlated in planning the well drilling drilling mud.From the research carried out in determining the planning of the drilling mud program for each formation route in the "AN" well of the "ADG" field by first evaluating the well around the "AN" well which was used as offset well data. For wells that are used as offset wells, AN-11 and AN-12 wells are located in offshore operations in north west java. Where for formations in this region has a soft structure. Because with soft formation conditions can cause problems such as the collapse of the wellbore or drilling operations for directionall drilling type wells is very sensitive to the impact of changes in the angle of inclination in the well that is not in accordance with the target operation. Planning drilling mud systems for AN-12 wells uses the data correlation method from the AN-11 well. The well drilling operation AN-11 in the cisubuh formation for route 17 ½ "begins drilling with mud type in accordance with the initial plan which is using Low pH Desco + 3% KCl Polymer but on this route there are problems such as unstable holes and causing trajectory bending. To overcome this problem, the drilling mud was upgraded to 7-8% KCl Polymer and the problem was successfully avoided in the AN-11 well.Whereas for AN-12 wells when conducting drilling operations in the same formation as AN-11, the mud type 7-8% KCl Polymer formation cannot stabilize the borehole which changes the inclination angle. Beginning at the depth of 1822 'the inclination of the new angles formed is 54.30 deg and Azimuth is 296.10 deg. Whereas the original trajectory (previously) forms an inclination angle of 55.07 'deg and azimuth of 295.78 deg.Indicating that this type of mud has not been able to stabilize the drill hole then drilling mud upgrades are carried out using HPWBM which can stabilize the borehole. So that for the cisubuh formation with soft criteria such as in the AN well it is better to use the HPWBM mud type based on the results of the evaluation of the well drilling operation. Therefore, determining the appropriate sludge design can be identified from the basis of the wells that have been carried out by the previous drilling operation. So that drilling operations at AN wells can then be avoided from the problems of drilling mud design used.